H for Hyuk Jae or H for Hyu Ri?! [Chapter 7: Heartburning]


Salaaamlekum~ <— tukang minta-minta *kibas poni* *kemudian hening*

Sesuai judul chapternya, aku emang lagi heartburning… eaaaaaa~

halooo maaf ya postingannya chapter 7-nya lama… aku lagi heartburning sama monyet gara-gara… gara-gara… ahhh sudahlah, mungkin gak semua readers setuju sama alasanku.  Aku jadi semangat nulis lagi karena kemarin-kemarin ada beberapa butir readers aku yang nanya chapter 7 ini, kirain aku gak ada yang nunggu, jadi yaaa ngaret begini… *dibacok* *mati* *idup lagi* <—abaikan saja

Kalian penasaran sama alasan aku heartburning? yaudah aku kasih tau… emmm gimana ya… ini itu gara-gara…. *nangis* si monyet couple-an dance sama anoa… huhuhuh*nangis* eh boa maksudnya. kalian udah liat kan dance-nya gimana? ahh sudahlah, tak usah diliat bagi jewels yang posesif  seperti aku-_-

Jadi maaf ya ngaretttttt :> *dibakar readers*

Title                  : H for Hyuk Jae or H for Hyu Ri?!

Chapter 7         : Heartburning

Author              : KARINPUT

Main cast         : Lee Hyuk Jae, Han Hyu Ri, Im Yeon Jung, Jang Woo Sun, Super Junior Members

Genre               : romance, comedy.

Rating              : PG17

Sudut Pandang Han Hyu Ri

Aku sedang mengerjakan tugas kuliahku diruang tamu dorm. Hanya ada dua member yang tidak mempunyai jadwal sampai sore ini: Kyu Hyun dan Hyuk Jae.

“Ada apa dengan bibir dan hidungmu? Kenapa di plester seperti itu?” Kyu Hyun yang sedang menonton TV memperhatikanku sejenak.

Aku menyentuh ujung bibirku yang diplester, “Tidak apa-apa. Kemarin ada sedikit kecelakaan saat aku berkunjung ke kebun binatang. Ada seekor monyet rabies menyundulku saat dia lepas dari kandangnya.” Ujarku asal.

Hyuk Jae yang sedang berkutat  dengan laptopnya dimeja makan melirikku. “Apa?!” bentakku. Dia memalingkan wajahnya dan kembali sibuk dengan laptopnya.

“Aku curiga,” Kyu Hyun melirikku dan Hyuk Jae bergantian, “sepertinya ada sesuatu dengan lukamu itu. Kalian berbuat yang tidak-tidak ya?” tuduhnya yang memang hampir benar.

Aku tercekat, tapi tetap berpura-pura tidak peduli. Kemarin memang kami—tidak, dia maksudku—hampir berbuat yang tidak-tidak padaku, setidaknya aku yang berpikir seperti itu, karena apalagi dugaan yang berada dikepalaku ketika dia bilang dia akan melakukan sesuatu yang ada dipikirannya ketika kami hanya berdua dikamarnya dan pada saat  dorm sepi.

Aku melempar Kyu Hyun dengan bantal sofa. “Apa maksudmu, bocah?!”

Dia balas melempar, “yaa!! Aku lebih tua darimu! Kau yang bocah!”

~*~*~*~*

“Semua member sedang ada jadwal, jadi… tidak ada yang akan menolongmu.” Dia menyeringai diatasku seperti tau apa yang kupikirkan.

Aku tersenyum mengejek, “Jangan mempermainkanku lagi! Aku tidak akan tertipu! Jadi lepaskan aku, bodoh!” Aku mencoba melepaskan diri dari kurungan tangannya yang berada dikedua sisiku.

“Kau salah kalau mengira aku mempermainkanmu.” Katanya.” Tidak, kau benar. Kita akan bermain bersenang-senang sebentar lagi.” Dia tersenyum mengejek dan mengarahkan wajahnya semakin dekat.  Aku meneguk ludah, bagaimana aku mendorongnya kalau dia sedang bertelanjang dada seperti ini?! Jujur, aku gugup sekali. Dia mengerlingkan matanya menggoda, “Jadi… Jawab pertanyaanku. Kalau tidak, dengan posisi seperti ini, aku akan melanjutkan sesuatu yang ada dipikiranku.” ujarnya.

Aku meneguk ludah untuk kesekian kalinya, terdiam. Tidak berani mengatakan sepatah katapun dengan posisi yang seperti ini. Lebih tepatnya… aku menyadari aku tidak berani mengatakan kejujuran.

“Baik, kalau itu maumu. Kau diam saja dan berarti kau setuju dengan apa yang kupikirkan.”

Dia menyeringai dan semakin mendekatkan wajahnya padaku. Meskipun aku berusaha mengelak, tetapi apa yang bisa kuperbuat dengan tanganku yang digenggam kuat olehnya? Aku mencengkram bantal yang ada diatas kepalaku erat. Aku juga seorang wanita normal, tentu saja akan sangat gugup bila berada dalam situasi seperti ini. Apalagi, laki-laki didepanku… YA!!! Apa yang kupikirkan?! Bisa-bisanya aku berpikir seperti itu. pikirku

Annyeonghaseyo!!!”

Buggg. Dia menjatuhkan kepalanya diwajahku. Tidak, tentu saja dia tidak menciumku. Dahinya yang selebar landasan pesawat dengan sukses membentur hidungku.

“ARGHHHHHHHHHHHHHH!!! DASAR BODOH!!! APA YANG KAU LAKU—EMPHHH..,” tangannya membekap mulutku yang berteriak heboh. Aku terus meronta-meronta sambil menjambak rambutnya, aku panik. Bagaimana tidak?! Dia menindihku!

“HYUK JAE-ya!!! DIMANA KAU?!!!” teriak seseorang itu dari luar.

Dia terdiam kaget.

“Sssssttt diam… ada noona-ku diluar. Aku bisa mati kalau ketahuan membawa gadis kekamar!” Bisiknya ditelingaku.

Aku mencoba melepaskan bekapannya dimulutku, “BODOH!!! Apa yang kau lakukan dengan hidungku?!!! Dahi sialanmu itu—emmpppp…,“dia kembali membekap mulutku bahkan sebelum aku menyelesaikan kalimatku. Aku yakin sekali ada sesuatu yang mengalir dari hidungku.

“Kau ini diam dulu! Nanti ketahuan!” dia menarik selimut dan menutupi tubuh kami berdua. OMO!!! Apa yang ia lakukan?!

Aku yang kaget tidak bisa berbuat apa-apa, sampai didetik berikutnya aku mencoba memberontak kembali, “EMPHHHHPPPHHHHHHHHH—,“ ujarku tidak jelas, padahal aku berniat berteriak: APA YANG KAU PIKIR KAU SEDANG LAKUKAN, BODOH?!!! KAU JUGA MEMBUAT HIDUNGKU BERDARAH GARA-GARA DAHI SIALANMU ITU!!!

Dia tidak memperdulikanku, “ssssttt…”

Terdengar suara pintu kamar terbuka. Padahal kupikir pintu kamar itu terkunci.

Hyuk Jae tiba-tiba mematung, berpura-pura tidur dengan masih mendekapku. Kakinya mengunci kakiku dan tangannya membekap mulutku, tidak terlalu kencang, tapi tetap saja tidak mudah kulepaskan.

“Hyuk Jae-ya!!! Bangun!!! Kau mau tidur sampai  kapan?!” Wanita yang dia panggil noona-nya itu mengguncang-guncang tubuhnya.

Aku otomatis terdiam. Bagaimana kalau dia sampai menemukanku didalam selimut bersama adiknya yang bodoh ini?!

Hyuk Jae pura-pura menggeliat, “ahh noona kau menggangguku saja.”

“Apanya yang mengganggu?! Kau mau tidur sampai kapan?! Cepat bangun! Aku membawakan makanan buatan ibu!”

Ne… Kau keluar dulu noona… tubuhku sedang polos.”

BUG. Noona-nya memukulnya dengan bantal. Aku yang berada didalam selimut ikut merasakan pukulannya. “Dasar kau memang lelaki kesepian tidur dengan tidak berbusana! Huh! Cepat bangun! Aku tunggu diluar!”

“Yak!!!”

Begitu terdengar suara pintu terbanting menutup dan belitan kaki dan tangannya dibadanku melonggar aku langsung menyentakkan selimut, “YAK!!! Dasar bodoh! Apa yang kau pikir baru saja kau lakukan?!” Aku mendorong tubuhnya hingga jatuh kekasur dan segera beranjak dari tempat tidurnya.

Tapi, sebelum aku sempat berjalan dia kembali menarikku hingga jatuh ketempat tidur, “kau mau mati?! Diluar ada noona-ku! Nanti apa yang dia pikirkan kalau kau keluar dari kamarku?!”

Dia benar-benar menggodaku, aishh namja ini, “biarkan saja. Aku akan adukan semua perbuatan mesummu pada noona-mu! Ya! Lepaskan aku, bodoh!”

“Kau ini keras kepala sekali. Diam disini sejenak aku akan mengobati hidungmu dan errr…. bibirmu itu.” Aku menyentuh ujung bibirku yang terasa seperti ada sesuatu yang keluar, dan benar saja setelah aku lihat tanganku ada sedikit bercak darah.

“APA YANG KAU LAKUKAN?! KENAPA BIBIRKU BERDARAH?!”

Aishh… jangan teriak-teriak! Aku tidak tahu! Itu ulahmu yang menggigit bibirmu sendiri sewaktu aku menutup mulutmu! Siapa suruh tidak bisa diam! Atau mau aku tambahkan diujung bibir satunya?!” Dia menyeringai.

BUG.  Aku meninjunya dengan bantal yang membuatnya terjungkal jatuh dari kasur.

Ðia berteriak, “YAKKK!!!”

~*~*~*~~*~*~*~*~*~*~*~*~*

Aku terbangun dengan selimut yang menutupi wajahku, pantas saja pengap. Aku melirik jam dimeja disebelah tempat tidurku yang menunjukan pukul 8 pagi. Sudah cukup lumayan siang dari waktu biasanya aku bangun dan tidak biasanya rumah ini sepi, padahal ini hari libur.

Ya. ini hari libur. Dan aku sedang malas menginap di dorm. Mengingat kejadian menjengkelkan itu. Setiap bertemu dengannya membuat wajahku merah, entah karena geram atau… malu.

Aku meraba relung leherku, memainkan kalungku, kebiasaanku setiap bangun tidur.

Eh?

Kenapa aku tidak merasakan sesuatu yang menggantung dileherku?

Aku langsung beranjak dari tempat tidur begitu aku menyadari kalungku hilang.Aku mencarinya ditempat tidur, melempar bantal-bantal, seprai, dan selimut tapi kalung itu tidak ada disana.

“Hee Suk-ah! Kau melihat kalungku tidak? Yang berbandul Huruf ‘H’?” Tanyaku pada Hee Suk—anak bibiku—yang sedang menonton tv sambil mengelus kucingnya.

“Tidak, aku tidak menemukannya, noona. Kau sudah mencarinya dikamarmu?”

“Aku sudah mencarinya disemua sudut tapi tidak ada.” Aku sudah mencarinya sampai kekamar mandi, dapur, dan ruangan lainnya dirumah ini yang jarang aku datangi.

“Mungkin jatuh dihalaman luar, ayo kita cari.” Tawarnya.

“Tidak perlu,” tolakku cepat. Tidak mungkin jatuh dihalaman. “Tidak mungkin jatuh diluar, emm bibi mana? Mungkin dia menemukannya.”

“Ibu? Ibu sedang berbelanja. Mungkin sebentar lagi dia pulang.” Jawabnya.

“Oh yasudah.” Aku hendak beranjak kekamarku ketika Hee Suk memanggil.

Noona, aku bisa membantumu mencarinya. Aku sedang tidak ada kerjaan.” Tawarnya.

Aku tersenyum, “tidak perlu, mungkin aku lupa meninggalkannya disuatu tempat.” Tolakku halus.

“Ya sudah, bagus deh. Semoga ketemu ya noona~.” Katanya cengengesan.

Errr… anak ini.

***

“Bibi, apa kau menemukan kalungku?” Aku langsung bertanya pada bibi begitu dia pulang sambil membawa belanjaan.

“Kalung, kalung yang mana?”

“Kalung yang berbandul huruf ‘H’—,”

“Oh, kalung yang itu,”

“Iya! Apa bibi menemukannya?” Tanyaku antusias.

“Ternyata itu kalungmu, aku memang menemukannya tadi pagi didepan pintu masuk, tapi…” Bibi menggantungkan kalimatnya, “tapi aku sudah menjualnya tadi dipasar, karena ada penjual perhiasan disana yang sangat tertarik dengan kalung itu.”

Aku lemas seketika, “bagaimana bisa?! Ke—kenapa bibi menjualnya? Itu kalung peninggalan ibuku satu-satunya, bi!” Suaraku mulai meninggi dan mataku mulai basah.

“Eh? Maaf, aku tidak tahu kalau itu kalungmu, sungguh.” Ucapnya yang hanya sedikit sekali kelihatan menyesal.

Aku mengguncang-guncang bahunya pelan, “kalung itu sangat berharga untukku, bi. Kenapa bibi langsung menjualnya?!” desakku..

“Aku kan sudah bilang, aku tidak tahu kalau itu kalungmu!” Suaranya meninggi, “ya sudah, ini uang hasil penjualan kalung itu. Ambil saja.”

“Aku tidak butuh uang itu! Aku hanya ingin kalung itu kembali! Kenapa bibi begitu tega?!” Aku mulai menangis sambil mengguncang bahunya.

Ya! Lepaskan bibi Hyu Ri-ya! Maafkan bibi.”

“Kenapa bibi tega sekali…” Aku sesunggukan.

Karena aku tidak melepaskan guncangan dibahu bibi, tiba-tiba saja tangannya melayang cepat kearahku, awalnya kukira dia ingin menamparku tapi, “kau ini keras kepala sekali! Bibi kan sudah minta maaf!” Bibi menjewer telinga kananku, aku semakin sesunggukan saja dibuatnya.

“Yang aku inginkan hanya kalung itu!!!” Sungutku sambil melepas jeweran bibi ditelingaku dan segera beranjak masuk kekamarku, mengambil tasku lalu langsung pergi keluar.

YA! Hyu Ri-ya! Kau mau kemana?!” Teriak bibi dari dalam rumah begitu aku sampai dipagar.

Aku mengacuhkannya.

“Aku akan mengadukannya pada ayahmu kalau kau bertindak bodoh!” Teriaknya lagi dan tetap kuacuhkan sambil membanting pagar.

~*~*~*~*~*~

Sudut Pandang Author

Hyu Ri memencet bel dengan tidak sabar. Amarahnya sudah sedikit menguap selama perjalanan tadi, tapi tetap saja dia masih kesal dengan bibinya. Hyu Ri tidak tahu kemana dia akan pergi begitu keluar dari rumah, tidak mungkin kerumah In Young, dia bisa bangkrut kalau harus naik taksi ke Incheon. Alih-alih kerumah In Young dia lebih memilih untuk menenangkan diri sejenak di bangunan ini.

Pintu terbuka setelah beberapa saat, “eh kau ternyata. Kenapa tidak langsung masuk saja? Kau kan tahu passsword—,“ Hyuk Jae tidak melanjutkan kata-katanya karena Hyu Ri langsung menerobos masuk.

‘Kenapa dengan gadis itu?’ Pikir Hyuk Jae bingung.

Hyu Ri langsung melesak kedapur dan menjumpai Dong Hae yang sedang sarapan, “hey cantik, kenapa tadi malam tidak menginap disini? Ini kan weekend.” Rayunya dengan mulut masih penuh dengan makanan.

Aishhh… dasar kau perayu ulung!” Kata Hyu Ri.

Hyuk Jae yang duduk diruang tamu mencibirkan bibir mendengar percakapan mereka.

Omo… Kau habis menangis? Kenapa matamu memerah?!” Tanya Dong Hae begitu melihat wajah Hyu Ri lebih jelas.

Seperti diingatkan lagi dengan kejadian beberapa saat yang lalu, Hyu Ri langsung membenamkan wajahnya dimeja dan melanjutkan tangisnya yang tadi sempat tertunda diperjalanan.

Ya~  kau kenapa Hyu Ri?” Dong Hae menundukkan wajahnya mencoba melihat wajah Hyu Ri.

“*&#$%^@#!%&^*#” Jawab Hyu Ri tidak jelas disela-sela tangisnya.

Errr… Aku tidak mengerti perkataanmu. Kau bisa menceritakan masalahmu padaku, aku akan mendengarkan.” Dong Hae mengusap bahu Hyu Ri lembut.

Hyuk Jae yang sedari tadi menonton naruto diruang tamu semakin mencibirkan bibirnya saja melihat dan mendengar percakapan Dong Hae dan Hyu Ri yang memang tidak sengaja terdengar olehnya. Hyuk Jae memang tidak sengaja mendengar, tapi karena dia kepo, alih-alih mengabaikan dia malah melihat apa yang sedang terjadi. Kartun Naruto jadi tidak menarik perhatiannya lagi karena indranya sibuk memerhatikan mereka.

“Kau kenapa hyeong?” Kyu Hyun yang baru keluar dari kamar mandi bingung melihat wajah Hyuk Jae yang sudah seperti ingin memakan bayi.

“Kau ini mandi lama sekali sih?! Yang ingin mandi bukan hanya kau, tahu!” Sungut Hyuk Jae kesal. Dia segera beranjak kekamar mandi yang melewati tempat Dong Hae dan Hyu Ri berada.

Kyu Hyun mengangkat bahu heran melihat Hyuk Jae yang marah-marah.

“Eh, kenapa dengan Hyu Ri, hyeong?” Tanya Kyu Hyun pada Dong Hae saat Hyuk Jae menutup pintu kamar mandi dengan kekuatan angin. BRAAAAKKK!!!

“Dan kenapa lagi dengan Eun Hyuk hyeong?” Tanya Kyu Hyun lagi heran.

~*~*~*~*~*~

Dong Hae mengajak Hyu Ri kebalkon untuk menenangkan perasaan gadis itu. Dan Hyu Ri yang sudah reda dengan tangisnya, menceritakan masalahnya kepada Dong Hae.

“Oh, jadi begitu. Sudahlah jangan berburuk sangka dengan bibimu, mungkin dia memang benar-benar tidak tahu.” Ujar Dong Hae.

“Tapi tetap saja, kalung itu sangat berharga untukku!”

“Iya, aku tahu dan aku turut prihatin. Sudahlah jangan menagis lagi” Dong Hae memasangkan hoodie sweater Hyu Ri lalu mengajaknya masuk.

Hyuk Jae yang baru keluar kamar langsung menyaksikan adegan Dong Hae dan Hyu Ri yang sedang pasang-memasang hoodie. Mood-nya seketika berubah. ‘Apa gadis-gadis harus selalu dirayu terlebih dahulu baru bisa mencurahkan apa yang ada dibenaknya, huh?’ Pikirnya

Hyeong, ada Yeon Jung diluar. Dia mencarimu.” Ryeo Wook datang menghampiri Hyuk Jae.

Hyuk Jae menatap Ryeo Wook malas, “bilang saja aku sudah mati.” Jawabnya acuh.

“Tapi dia—“

Hyuk Jae melotot, “apa?”

Mengetahui ada bahaya yang mengancam, Ryeo Wook langsung mundur perlahan, “baiklah aku akan sampaikan pada Yeon Jung.”

~*~*~*~~*~*~*~

Beberapa hari kemudian…

Entah kenapa Hyu Ri merasa aneh pada sikap Hyuk Jae belakangan ini. Hyuk Jae memang aneh, tapi anehnya Ia sekarang berbeda dengan keanehannya yang biasa. Hyuk Jae selalu punya bahan ledekan untuknya disaat seperti apapun mereka bertemu, tapi belakangan ini Hyuk Jae sangat sensitif. Sikapnya dingin ketika mereka berpapasan, bahkan saat Hyu Ri berbicara padanya dia hanya menjawab singkat tanpa memandang wajahnya.

“Bibirmu kenapa sih? Sejak kemarin sepertinya naik beberapa centi.” Kata Dong Hae saat mereka selesai makan malam. Dong Hae menyadari belakangan ini Hyuk Jae selalu cemberut dan Dong Hae tahu apa penyebabnya, dia hanya memancing temannya Itu untuk curhat.

Hyuk Jae mencibir, “mau tahu sekali kau…”

Dong Hae membalas cibirannya lebih sengit.

“Mana Hyu Ri?” Tanya Hyuk Jae. Dia kesal karena merasa diacuhkan oleh Hyu Ri. Dia merasa Hyu Ri tidak menyadari akibat mood-nya berubah seperti ini.’Apa dia tidak sadar atau memang tidak peduli?!’ Pikirnya.

“mau tahu sekali kau…” Balas Dong Hae, dan itu semakin membuat Hyuk Jae jengkel.

“Huh dasar Ikan Tengik!” Hyuk Jae melemparkan kacang pada Dong Hae.

“Kau Monyet Tengik!” Dong Hae membalas lemparannya.

“Kau lebih Tengik!”

“Kau!”

Aksi lempar-melempar kacang semakin sengit ketika Ryeo Wook berkata,  “YAK hyeong!!!  jangan membuang-buang makanan!”

Huh!” Hyuk Jae berhenti lebih dulu dengan aksinya dan beranjak pergi kearah kamar mandi.

***

Hyu Ri baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat Hyuk Jae berjalan kearahnya. Ia buru-buru menghindar karena melihat raut wajah Hyuk Jae yang seperti ingin membunuh. Hyuk Jae melewatinya tanpa menatap wajahnya dan seketika sebuah tangan menariknya masuk kembali kekamar mandi.

BRAAAKK!!! Pintu kamar mandi terbanting menutup dengan dua orang didalamnya.

YAK!!! Apa yang dilakukan Eun Hyuk hyeong dengan Hyu Ri didalam kamar mandi?!” Kyu Hyun yang sedari tadi sedang konsentrasi dengan santapan makan malamnya tersentak kaget.

“Ini berbahaya aku harus menelepon Yesung hyeong, ahhh ani, aku akan langsung memberi tahu Leeteuk hyeong.” Ryeo Wook sama kagetnya.

“Tunggu, kita lihat dulu apa yang terjadi.” Cegah Dong Hae.

“Kau ini bagaimana hyeong? Kalau Eun Hyuk hyeong bertindak yang tid—”

Dong Hae memotong ucapan Ryeo Wook. “Dia tidak mungkin seperti itu. Eun Hyuk sedang menuntaskan kecemburuannya.” Katanya tersenyum.

“Cemburu?” Kata mereka berdua bingung.

Aishhh… kalian ini memang tidak peka!”

“Kau saja yang terlalu peka seperti yeoja, hyeong!” Kata Kyu Hyun.

Dong Hae melemparnya dengan kacang—lagi. Sebelum Kyu Hyun balas melempar, Wookie mencegahnya, “kalian ini senang sekali membuang-buang makanan,huh!”

***

Hyu Ri mencoba melepaskan cengkraman Hyuk Jae ditangannya, “kau ini kenapa, sih?!

“Kau yang kenapa?!” Balas Hyuk Jae.

“Kenapa kau malah balik bertanya?! Jelas-jelas kau yang menarikku kesini!”

“Kenapa kau mengacuhkanku?!” Tanya Hyuk Jae.

Hyu Ri mengerutkan kening, bingung, “mengacuhkan?! Bukannya kau yang mengacuhkanku?!”

“Aku tidak mengacuhkanmu.”

“Lalu kenapa kau selalu membuang muka ketika aku bertanya padamu?!”

“Aku tidak membuang muka.”

Aishh…terserah! Lepaskan tanganku aku mau keluar!”

“Aku belum selesai bicara padamu!” Hyuk Jae tetap tidak melepaskan cengkramannya.

“Memangnya apa yang harus dibicarakan?”

Hyuk Jae terlihat  jengah, kata-kata dan perasaan yang mengganjal dibenaknya yang sedari tadi ingin ia keluarkan mendadak sulit. Dan akhirnya pun dia menyerah, “aishhh… beberapa hari yang lalu kau kenapa menangis? Kenapa kau mau saja dirayu oleh Dong Hae? Kenapa kau hanya bercerita tentang masalahmu hanya kepada Dong Hae? Kenapa kau tidak menceritakan masalahmu padaku juga? Apa gadis-gadis harus dirayu seperti itu dulu baru mereka akan mencurahkan semua yang ada dibenaknya, huh?!”

Hyu Ri menatapnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Hyuk Jae lega karena berhasil mengeluarkan isi benaknya. Tapi, melihat tatapan Hyu Ri yang sulit ditebak, dia merasa sedikit menyesal dan…canggung.

“Terlalu banyak pertanyaan yang kau lontarkan, yang mana yang harus aku jawab?” Tanya Hyu Ri. Hyu Ri merasa bingung dengan sikap Hyuk Jae sekarang, beberapa saat yang lalu laki-laki ini mengacuhkannya, dan sekarang Hyuk Jae langsung mengintrogasinya seperti ini. Apa karena hal ini yang membuat Hyuk Jae uring-uringan dan bersikap menyebalkan belakangan ini? ‘Tidak mungkin, memangnya aku ini siapa yang sampai mempengaruhi mood-nya? Kau jangan berbesar hati Hyu Ri-ya!’ Pikir Hyuri.

Hyuk Jae menghela nafas, “jawab saja dan jelaskan semuanya. Aku akan mendengarkan.”

“Kenapa aku harus menjelaskannya padamu?” Tanya Hyu Ri.

“Karena… Karena… Ya pokoknya karena aku perlu tahu.” Hyuk Jae salah tingkah. “Aishhh…baiklah. ini hanya menuntaskan rasa penasaranku. Kenapa kau hanya menceritakan masalahmu pada Dong Hae?” Tanya Hyuk Jae melunak sambil menatap Hyu Ri lurus.

Hyu Ri yang ditatap seperti ini menjadi salah tingkah, “aku tidak hanya menceritakannya pada Dong Hae, aku juga bercerita pada Wookie, dan mungkin dia juga sudah bercerita pada Yesung, dan Kyu Hyun sepertinya juga tahu. Lagipula aku sudah melupakan masalahku itu, dan sekarang kau malah mengungkitnya lagi.”

“Kenapa kau tidak bercerita padaku?” Tuntut Hyuk jae.

“Kau tidak menanyakannya.” Balas Hyu Ri singkat.

“Jadi kalau aku bertanya kau akan menceritakannya?”

Hyu Ri mengangkat bahu, “mungkin.”

“Kau tahu, kau bisa mempercayaiku dan menceritakan masalahmu padaku. Aku akan mendengarkan juga.” Hyuk Jae menatapnya lekat, yang membuat Hyu Ri salah tingkah. Dan dari tatapannya Hyuk Jae terlihat tulus.

Hyu Ri berdeham, mencoba menghilangkan kegugupannya, “baiklah. Aku ingin keluar sekarang, apa kita harus membicarakannya ditempat ini?”

Sebelum Hyuk Jae menjawab, Hyu Ri sudah melesat keluar. “Yak! Kau bahkan belum menceritakan masalahmu!” Teriaknya dari dalam. Dia ingin keluar menyusul Hyu Ri, tapi untuk menghilangkan kegugupannya, dia memilih berdiam diri dikamar mandi sejenak. “Kenapa aku gugup seperti ini?” Tanyanya pada diri sendiri.

***

“Apa yang kalian lakukan berdua didalam?” Ledek Dong Hae sambil menaik-naikan alis matanya.

MWO?! Memangnya kau berdua bersama siapa, Hyu Ri?” Tanya Leeteuk kaget.

“Tidak seperti yang kalian pikirkan, Hyuk Jae hanya perlu membicarakan sesuatu.” Jawab Hyu Ri salah tingkah.

“Bicara apa? Apa kami boleh tahu?” Tanya Kyu Hyun meledek.

Aishhh… Kyu, kau ini kepo sekali.” Balas Ryeo Wook.

“Ahhh sudahlah, sepertinya kita memang tidak boleh tahu.” Kata Leeteuk setelah dibisik-bisiki oleh Dong Hae. “Eh, Hyu Ri, sebelum kau pulang bisakah kau ke supermarket sebentar?”

“Baiklah…”

***

“Mana Hyu Ri?” Tanya Hyuk Jae begitu keluar dari kamar mandi dan melihat setengah member sedang berkumpul di dorm.

“Kasih tau tidak yaaa…” Ledek Dong Hae yang diikuti cengiran dari member lainnya.

Aishhh…jinja” Hyuk Jae menggumam. ‘Apa dia sudah pulang?’ Pikirnya.

Dia hendak menuju pintu dorm ketika Leader berkata: “Ya~ Eun Hyuk-ah, kau ingat kan janjimu kemarin kalau kau akan mentraktirku tteokbokki?”  Tagihnya.

‘Sial, kenapa Leader tua ini mengingatnya?’ Pikir Hyuk Jae. “Aishhh…baiklah. tapi dimana Hyu Ri?” Tanyanya tidak sabar.

“Aku baru saja menyuruhnya ke supermarket.”

Tanpa berkata apa-apa lagi, Hyuk Jae langsung keluar dorm sambil membanting pintu, “jangan lupa tteokbokki-nya!” teriak Leeteuk.

“Untuk 6 orang!!!” Tambah Kyu Hyun.

“BERISIK!!!” Sungutnya sebal.

***

“Hyu Ri!!!” Hyu Ri mendengar seseorang tergesa-gesa memanggilnya dilorong apartemen.

Wae?” Tanyanya begitu Hyuk Jae berhasil menghampirinya.

Mereka berhenti didepan pintu lift.

“Kau belum menceritakan masalahmu padaku.” Kata Hyuk Jae.

Pintu lift terbuka sebelum Hyu Ri menjawab.

Oppa!” Panggil seseorang didalam lift. Yeon Jung langsung menghampiri Hyuk Jae dan menggandeng lengannya. “Kau mau kemana, oppa?” Tanyanya lembut.

“Aku ingin ke kedai Tteokbokki, kau sendiri?”

Hyu Ri yang merasa diacuhkan langsung masuk dan meninggalkan mereka berdua didepan lift. ‘Dia bahkan lupa kalau aku berdiri disisinya, huh.’ Pikirnya.

***

Hyu Ri berjalan ke supermarket dengan perasaan seperti ada orang yang mengikutinya beberapa langkah dibelakang. Dia memelankan langkah, dan langkah dibelakangnya pun ikut memelan. Dia mempercepat langkahnya dan begitu juga dengan langkah seseorang dibelakangnya.

Hyu Ri yang sedang berjalan cepat menghentikan langkahnya tiba-tiba dan seseorang  Itu menabrak punggungnya. “Ya~ kenapa kau tiba-tiba berhenti?” Tanya sebuah Suara.

Aishhh… apa yang kau lakukan sih? Kau seperti penguntit!” Kata Hyu Ri dengan perasaan lega setelah tahu kalau seseorang itu adalah Hyuk Jae.

“Kau tadi kenapa meninggalkanku di lift? Aku belum selesai bicara padamu!”

“Memangnya untuk apa aku menunggumu tadi?”

Hyuk Jae bingung hendak menjawab apa, “Ya! kau mau kemana?” Tanyanya begitu menyadari Hyu Ri berjalan kearah lain.

“Mau ke supermarket, tentu saja.”

“Tapi aku mau ke kedai Tteokbokki!” Tuntut Hyuk Jae.

“Lalu?”

“Kau harus menemaniku dulu, ayo!” Hyuk Jae menarik hoodie sweater Hyu Ri.

Yayaya! Lepaskan aku! Kau kan bisa pergi sendiri!” Hyu Ri meronta berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang berjalan mundur karena hoodie sweater-nya ditarik oleh Hyuk Jae.

“Tidak bisa! Nanti aku diculik!” sergahnya keras kepala.

~*~*~*~*~

“Jadi, ayo ceritakan!” Pinta Hyuk Jae.

Mereka sekarang sedang berjalan bersisian setelah pulang dari supermarket dan kedai Tteokbokki.

“Kau kan bisa bertanya pada Dong Hae, dia tahu semuanya.”

Hyuk jae berhenti memakan es krim rasa pisangnya, ‘Dong Hae lagi, kenapa anak itu tahu segalanya sih?!’ pikirnya sebal. “Aku ingin mendengarnya langsung darimu!”

Hyu Ri meliriknya menyerah. Akhirnya dia menceritakannya pada laki-laki yang berjalan disisinya.

“Oh jadi begitu.” Gumam Hyuk Jae sambil terus memakan es krim pisangnya. “Kau seharusnya membiarkanku memiliki kalung itu sewaktu aku mengambilnya saat konser. Setidaknya kalau begitu, kalung itu masih aman dileherku sampai sekarang.”

“Enak saja! Kalung itu pemberian ibuku! Tidak mungkin aku biarkan orang lain memilikinya.”

Hyuk Jae bergumam, “mungkin kita bisa mencarinya nanti. Kalung itu mungkin masih ada dipenjual perhiasan tempat bibimu menjualnya.”

Entah kenapa, Hyu Ri bersemu mendengar kata ‘kita’ yang dilontarkan Hyuk Jae. Dia meremas bajunya kencang, kebiasaan yang dilakukannya saat dia sedang gugup.

“Bagaimana?” Tanya Hyuk Jae lagi karena tidak mendapat respon dari Hyu Ri.

“Eh, aku sudah mencarinya kemarin, tapi ternyata kalung itu sudah tidak ada.”

“Sayang sekali kalau begitu, aku turut prihatin.” Respon Hyuk Jae sambil terus memakan es krimnya.

Hyu Ri menatapnya sebal, ‘mana ada orang prihatin dengan ekspresi seperti itu?’ pikirnya.

Hyuk Jae membuang bungkus es krimnya ke tempat sampah dijalan, “Whoa, sweater-mu bagus sekali, kapan-kapan aku pinjam ya?” dia memasangkan hoodie sweater ke kepala Hyu Ri.

Ya! Jangan melapkan tanganmu yang kotor ke swater-ku!!!Dasar jorok!” Sungut Hyu Ri begitu tahu perbuatan licik Hyuk Jae.

~~~

“Jadi kau tidak marah lagi?” Tanya Hyu Ri begitu mereka sampai di pagar apartemen dan berjalan masuk lewat parkiran—karena pintu masuk utama pasti ada para penggemar.

“Memang siapa yang marah?”

“Lalu kenapa kau tadi menarikku kekamar mandi dan marah-marah?”

“Aku tidak marah-marah, hanya…” Hyuk Jae bingung menjelaskan perasaannya tadi. ‘hanya apa ya?’ batinnya.

“Hanya apa?”Hyu Ri tersenyum melihat Hyuk jae bingung melanjutkan kalimatnya, ‘kenapa aku tersenyum? Aishhh…bodoh.’ pikirnya.

“Sudah lupakan saja, tidak penting.” Sahut Hyuk Jae cuek karena tidak menemukan kata yang pas untuk menggambarkan perasaannya tadi.

Hyu Ri mencibirkan bibir mendengar jawabannya.

~*~*~*~

“Apa yang kau inginkan dariku, oppa?” Gadis Itu ketakutan karena laki-laki dihadapannya mendesaknya ketembok.

Laki-laki yang memakai coat hitam itu tersenyum mengejek, “aku sudah berulang kali bilang padamu kalau aku masih mencintaimu. Kenapa kau mengacuhkanku, huh?”

“Tapi, aku tidak mencintaimu! Jangan memaksaku!” Teriak wanita itu. Posisinya yang dipojokkan ketembok ini membuatnya sulit menghindar.

Laki-laki itu menghembuskan nafas gusar, “kalau dia tidak ada, apa kau akan kembali padaku, Yeon Jung-ah?”

“Jangan membawanya ke masalah ini! Kalau aku mencintainya itu bukan salahnya!”

“Itu salahnya karena dia membuatmu mencintainya!” Geram laki-laki itu.

Yeon Jung gemetar ketakutan, “kenapa kau berubah seperti ini, Woo Sun oppa?” Yeon Jung tercengang melihat sikap laki-laki didepannya ini, ‘dulu kau tidak seperti ini, oppa.’  Pirkirnya.

“Ini akibat perasaanku yang besar untukmu!” Kata laki-laki yang dipanggil Woo Sun itu.

Tiba-tiba saja sebuah tangan mencengkram bahu Woo Sun dan mendorongnya hingga terjatuh kebelakang, melepaskan Yeon Jung yang didesaknya ke tembok.

“Kau tidak apa-apa, Yeon Jung-ah?” Kata Hyuk Jae berusaha menenangkan Yeon Jung.

Yeon Jung terisak dan memeluk leher Hyuk Jae, “aku takut sekali, oppa.”

“Kau , jangan ikut campur lagi kedalam masalahku!” Teriak Woo Sun bangkit dan segera menghampiri Hyuk Jae.

Hyuk Jae melepaskan pelukan Yeon Jung dan berusaha menghindar, tapi laki-laki itu berhasil meninju rahangnya.

Hyu Ri yang kaget melihat kejadian didepannya tidak bisa berbuat apa-apa. Sebelumnya dia dan Hyuk Jae sedang berjalan masuk lewat parkiran lalu mereka melihat sosok laki-laki yang sedang mendesak seorang perempuan.

Hyuk Jae jatuh tersungkur, Hyu Ri berniat menghampirinya tapi Yeon Jung sudah menolongnya lebih dulu.

Hyuk Jae bangkit dan memukul laki-laki didepannya itu sampai terjatuh didekat Hyu Ri, melihat laki-laki itu didekatnya segera bangun, Hyu Ri mengayunkan kantong belanjaanya yang dipenuhi botol-botol minuman ke wajah laki-laki itu. ‘Pasti sakit, kan?’ batinnya puas.

Woo Sun mengaduh memegangi wajahnya dan segera bangkit lagi, dia mendorong Hyu Ri sampai tersungkur dan berniat menghampirinya saat Hyuk Jae mencegahnya, “Apa yang kau lakukan, bodoh?! Cepat masuk ke dorm!” bentak Hyuk Jae pada Hyu Ri yang  jatuh terduduk dibelakangnya.

Hyu Ri mematung mendengar suara kasar itu. Dia hanya ingin menolong, tapi malah mendapat respon kasar seperti itu.

Hyuk Jae mendorong Woo Sun menjauh ketika beberapa petugas keamanan bersama Yeon Jung datang menghampiri mereka.

“Kau belum selesai berurusan denganku, Lee Hyuk jae-ssi.” Ancam laki-laki itu dingin. Dan langsung berlari keluar tempat parkir beserta petugas keamanan yang mengejarnya.

Sejenak, Hyuk Jae merasakan deja vu mendengar suara laki-laki itu. ‘Seperti aku pernah mendengar suara itu sebelumnya.’ Batin Hyuk Jae.

~~~

Hyu Ri tergesa-gesa memasuki dorm dan membanting pintu dorm menutup. Perasaannya kesal dan kacau. Dia berusaha menahan air matanya yang mendesak keluar. ‘Bodoh, untuk apa aku menangis?!’ batinnya.

Para member kaget mendengar hempasan pintu itu, ”ada apa lagi, sih? Tadi Hyuk Jae yang membanting pintu, sekarang kau! Lama-lama apartemen ini bisa rubuh!” Omel Leeteuk begitu melihat Hyu Ri masuk.

Dong Hae heran melihat Hyu Ri datang dengan keadaan berkeringat dan matanya yang basah.

“Ini,” Hyu Ri memberikan belanjaannya kepada Leeteuk. “Aku pamit pulang dulu, annyeonghikaseo.

“Eh, tapi mana Eun Hyuk?” Tanya Leeteuk, tapi Hyu Ri tidak menjawabnya dan langsung keluar.

~~~

Hyu Ri berjalan disepanjang lorong apartemen, dan tiba-tiba Hyuk Jae datang sambil memapah Yeon Jung.

Hyu Ri berusaha agar tak menarik perhatian, lalu Hyuk Jae dan Yeon Jung lewat begitu saja.

‘Dia bahkan tak melihatku.’ Batin Hyu Ri.

***

Hyuk Jae masuk keapartemen sambil memapah Yeon Jung, “ada apa dengan Yeon Jung?” Tanya Ryeo Wook.

Hyuk Jae menceritakan kejadian tadi dengan Yeon Jung yang menyandar di bahunya.

‘Sepertinya aku tahu apa yang terjadi dengan Hyu Ri.’ Batin Dong Hae setelah mendengar cerita Eun Hyuk.

Gimana chapter 7-nya? ini aku bikin ngebut sengebut-ngebutnya orang ngebut. bikin posternya aja sambil sungkem pas lebaran. liat kan tanggal posternya dibuat? okesip. Jadi menurut kalian lebih enak sudut pandang author kaya diatas atau sudut pandang masing-masing tokoh kaya biasa? oh iya kalau suatu saat aku memprotek chapter selanjutnya, aku cuma mau kasih password sama readers aku yang bersedia memberi saran dan komentar aja hehehehehe

Thank you for waiting!

RCL~ as always

H for Hyuk Jae or H for Hyu Ri?! [CHAPTER 5: At Hyu Ri’s]


Image

Title                  : H for Hyuk Jae or H for Hyu Ri?!

Chapter 5         : At Hyu Ri’s

Author              : KARINPUT

Main cast         : Lee Hyuk Jae, Han Hyu Ri, Im Yeon Jung.

Minor Cast       : Cho In Young, Super Junior Members.

Genre               : romance, comedy.

Rating              : PG17

Kalo plagiator jangan sekali-kali berani baca fanfict-ku!

pffft 25% bagian dari fanfict ini nulisnya terpaksa bgt, waktu itu lagi WB. Ini bakalan ngebosenin, settingnya cuma disitu-situ aja. tokohnya juga cuma fokus kemasalah tokoh utama. jadi, kalau yang gak suka ya gak usah baca aja~

Oke we’ll see^^

Sudut Pandang Han Hyu Ri

Aku baru saja mengirim SMS ke In Young dan kembali melanjutkan tidur-tiduranku didalam selimut. Sudah sekitar dua hari lamanya aku tidak enak badan gara-gara kehujanan ditengah malam tempo hari yang lalu, ditambah dengan kambuhnya darah rendahku. Lengkap sudah penderitaanku, sebentar lagi aku akan menjadi bangkai yang dikerubuti semut didalam selimut ini kalau In Young tidak segera datang.

Ketika aku hampir terlelap, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Aku mengecek ponselku dan tidak mendapati balasan pesan dari In Young. Apakah dia langsung kemari begitu mendapat pesan dariku? Mungkin anak itu khawatir mengetahui aku sedang sakit sehingga tidak perlu lagi membalas pesanku. Aku tersenyum senang dan langsung menarik selimut putih polosku yang kupakai untuk melilitkan tubuhku sampai puncak kepala karena saat ini aku hanya memakai baju yang tipis. Kalau itu In Young, aku tidak perlu berganti pakaian dulu, lagipula aku tidak mengabari teman kampusku kalau aku sedang sakit. Jadi, itu sudah pasti bukan teman kuliahku.

Dengan sisa tenaga yang aku punya dalam kondisi sekarat seperti ini, aku terseok-seok melangkahkan kakiku kepintu tanpa melihat intercom terlebih dahulu. Beberapa kali aku tersandung karena kaki menginjak selimut yang kuseret-seret melilit tubuhku ini.

Aku membuka pintu dengan rasa gembira tak terkira, mengingat yang datang In Young, sudah pasti aku akan sembuh dengan cepat. Dia bisa merawatku, ralat, aku bisa menyuruh-nyuruhnya mengandalkan tampangku yang pucat ini.

Tapi…setelah pintu terbuka, aku langsung menutupnya lagi, tidak sampai satu detik aku bisa menyadari siapa dua ekor makhluk, ralat, seorang manusia labu dan seekor monyet jaman megalithikum. Ke-kenapa mereka bisa disini?

“Ya tuhan… Hyu Ri…” Aku bisa mendengar monyet megalithikum ini dari luar.

“I—itu Hyu Ri kan, Hyuk?” Tanya Sung Min.

“Sepertinya begitu.”

“Aku kira hantu.” Balas Sung Min.

“Kupikir juga begitu, makanya aku menyebut nama Tuhan.”

Aishh… tega sekali mereka. Aku belum mati!

Tentu saja mereka mengira aku hantu, aku melilit tubuhku ini sampai kepala dengan selimut putih dan ditambah dengan rambutku yang acak-acakan. Menyadari hal itu, aku langsung cepat-cepat—untuk ukuran orang yang sedang sakit—kembali kekamar untuk memakai sweater. Aku menarik apapun yang ada dilemari dan langsung kembali lagi menghadapai para makhluk Lee ini.

Annyeonghaseyo, Hyu Ri-ya.” Sapa Sung Min setelah aku membuka pintu. Sedangkan Hyuk Jae hanya mengamatiku dari puncak kepala sampai bawah.

Annyeong Sung Min, ada apa kau kemari?” Balasku dengan suara agak serak. Sengaja aku hanya berbicara pada Sung Min. Karena hanya dia yang menyapaku.

“Sebaiknya kau membiarkanku masuk dulu, nanti ada ELFs yang memergoki kami.” Sung Min masuk setelah aku menyingkirkan tubuhku dan membiarkannya lewat.

Aku segera akan menutup pintu kalau saja Hyuk Jae tidak berbicara, “Lho? Kau tidak mempersilahkanku masuk?” Tanyanya.

“Oh.. ternyata ada tamu lagi. Aku kira Sung Min hanya datang sendiri.” Jawabku sambil mencebikan bibir.

Aishhh... Seharusnya aku tadi memang tidak datang kemari.” Sungutnya kesal.

“Memangnya siapa yang mengundangmu kesini?”

Sung Min yang sudah berada diruang tamu kembali menghampiri kami, “Ya!, kalian ini bertengkar terus.” decaknya. “Hyukkie-ya, kau lupa niatmu kesini untuk apa? Sudahlah jangan membuat masalah lagi.” lanjutnya.

“Tapi, Hyu Ri yang memulai duluan, hyeong.”

“Ya sudah kau mengalah saja, kau ini tidak pernah mau kalah dari wanita.” Sung Min menarik Hyuk Jae masuk dan menyuruhnya duduk dikursi.

Sebenarnya yang tuan rumah itu aku atau Sung Min? Kenapa seolah-olah dia yang punya rumah?

“Apa yang membawamu kesini?” Tanyaku pada Sung Min ketika aku duduk dihadapan mereka.

“Seharusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau tidak datang ke dorm?” Katanya tanpa menjawab pertanyaanku.

“Aku sedang tidak enak badan karena tempo hari yang lalu aku kehujanan ditengah malam setelah diusir majikan Lee Chocho.” Sindirku. Aku meliriknya yang duduk disebelah Sung Min menatapku.

“Kan kau yang ingin pergi? Kenapa malah menyalahkanku?” Sungutnya terpancing.

“Eh Sung Min, ternyata orang yang kumaksud ada disebelahmu,.” Ledekku.

YA!” Teriaknya sebal.

“Ya ampun, kalian ini berisik sekali sih!” Decak Sung Min heran.

“Dia duluan yang menyindirku, hyeong!” Sungutnya.

“Ya sudah, kau sabar saja.” Ujar Sung Min cuek. Aku menjulurkan lidah padanya yang terlihat kesal.

“Kau mau minum apa?” Tanyaku pada Sung Min.

“Tidak perlu repot-repot, Hyu Ri. Kau kan sedang sakit.” Katanya. “Tapi kalau ada jus jeruk juga boleh.” dia tersenyum. Labil sekali orang ini katanya tidak mau merepotkanku.

Aku berniat ingin beranjak kearah kulkas ketika Hyuk Jae menyela, “Lho? Kok aku tidak ditawari?”

“Oh, ternyata kau juga butuh minum.”

“Tentu saja, aku kan juga tamu.” Sergahnya.

“Kalau begitu, kau ambil sendiri saja Hyuk-ah. Hyu Ri sedang sakit. Kau jangan merepotkannya.” Ucap Sung Min. Laki-laki berdua ini benar-benar aneh.

“Tadi kan kau juga meminta jus jeruk, hyeong! Bukan aku saja! Aishh…benar-benar.” Dia beranjak kearah kulkas yang berada disamping TV dan mengambil minuman dari sana, “Ini.” katanya seraya memberikan jus jeruk pada Sung Min.

“Kau sudah ke dokter?” Tanya Sung Min.

“Belum.”

“Kok belum?”

“Darah rendahku kambuh dan hanya sedikit tidak enak badan, mungkin akan sembuh dengan sendirinya setelah beristirahat,” Aku menghela nafas, “lagipula, temanku In Young, dia belum datang kemari untuk mengantarku kedokter.” sambungku.

“Eun Hyuk bisa mengantarmu kedokter.” Tawarnya yang langsung membuat Hyuk Jae terpengarah menatapnya. Sung Min membisikkan sesuatu ke Hyuk Jae yang membuatnya mengangguk setuju.

“Ti-tidak perlu. Aku sudah lebih baik.” Tolakku halus.

”Benarkah? Padahal Eun Hyuk dengan senang hati ingin membawamu ke dokter. Iya kan Hyukkie?” Sung Min meliriknya dengan menggoda dan Hyuk Jae hanya menghela nafas pasrah.

Sung Min mengambil ponsel disakunya yang sepertinya bergetar dan langsung mengangkat panggilan itu.

***

“Aku harus pergi, tadi Leeteuk hyeong meneleponku kalau ternyata aku ada jadwal siaran di sukira bersama Wookie.” Katanya.

“Ya sudah, ayo kita pulang.” Hyuk Jae beranjak dari kursi.

“Lho? Kau kan belum melaksanakan niatmu disini. Kau bahkan belum bilang apa-apa.” Sergah Sung Min

“Tadi kau bilang kau harus pergi siaran, hyeong.”

“Aku memang akan pergi siaran. Tapi kau kan tidak ikut siaran, jadi kau disini saja.”

Sebenarnya apa yang para makhluk Lee ini bicarakan? Niat? Aku tidak mengerti satupun dari pembicaraan mereka.

“Lalu aku bagaimana?” Tanya Hyuk Jae.

“Bagaimana apanya?” Sung Min mulai terlihat kesal dengan makhluk cerewet ini.

“Kita kan hanya membawa satu mobil, nanti aku pulang bagaimana? Diluar sedang hujan, hyeong!”

“Nanti aku akan menyuruh Dong Hae menjemputmu.” Jawabnya cuek.

“Kau ingin Dong Hae mati membawa mobil malam-malam begini? Kau tahu sendiri kemampuannya membawa mobil seperti membawa gerobak!  Ditambah diluar sedang hujan!” Sungutnya mulai kesal. Aku yakin, mereka akan berkelahi sebentar lagi.

Aishhh.. Kau ini cerewet sekali! Arraseo.. arraseo, nanti aku akan menyuruh yang lain menjemputmu.”

“Tapi, hyeong…”

“Apalagi, hmmm??” Sungutnya pada Hyuk Jae sambil mengeluarkan tatapan garang.

“Ba—baiklah.” Jawabnya dengan pasrah. “Jangan lama-lama, hyeong. Nanti aku bisa terbunuh.” Aku melotot garang padanya dan dia hanya mencebikkan bibirnya. Kesempatan yang menarik, sudah lama aku tidak bunuh-membunuh.

“Baiklah Hyu Ri, aku pergi dulu.” Pamitnya.

“Kau akan meninggalkan makhluk itu disini?” Tanyaku takut-takut. Bagaimanapun, aku ini wanita yang sedang sakit, dan pasti akan mudah dibunuh oleh makhluk itu walaupun aku ingin sekali membunhnya.

“Tidak apa-apa…kalau dia macam-macam padamu, kau adukan saja pada noonanya.” Dia tersenyum.

“Yak, hyeong!!!” Sungutnya dari sofa mendengar kami yang berada diambang pintu.

“Baiklah, Annyeonghikaseyo.” Dia sedikit menundukkan kepala sebelum beranjak keluar.

Ternyata benar, diluar sedang hujan yang cukup deras. Kalau suhu tubuhku tidak demam pasti aku akan kedinginan.  Tapi ini malah sebaliknya, aku merasa kepanasan terlebih dengan memakai sweater doraemon-ku ini. Aku menutup pintu dan kembali keruang tamu.

Ya~ jangan menatapku seperti itu!.” Ujarnya jengah yang sedari tadi kutatap garang.

“Sebenarnya kau ini mau apa, sih?” Decakku tidak sabar lalu duduk disofa diseberangnya.

Dia menundukkan kepalanya sambil memainkan tangannya, kelihatan sekali kalau dia sedang gugup, “Aku… Sebenarnya…. Sebenarnya aku…” dia terlihat bingung, “aishhh… aku tidak bisa berbicara kalau kedinginan seperti ini.” katanya sambil mendekap tubuh.

Aishhh… Kenapa tidak membawa mantel tadi?”

“Ketinggalan di mobil Sung Min hyeong.” Jawabnya polos. Huh, sudah tau cuaca sedang dingin, tapi dia hanya memakai kemeja hitam saja.

“Lalu kau mau apa? Aku sudah menyalakan pemanas ruangan!”

“Pinjam selimut….” Katanya polos.

Huh, kau ini merepotkan saja.” Aku beranjak dari dudukku menuju kamar ketika kurasakan pandanganku berputar. Sepertinya darah rendahku kumat lagi. “Kau… Kau kekamarku saja, disisi lain tempat tidur ada beberapa selimut. “ kataku setelah kembali duduk disofa lagi. Aku memijat pelipisku dan bersandar disofa.

“Kau… tidak apa-apa?” Tanyanya tampak khawatir. Dia mengurungkan niatnya ketika hendak ingin menghampiriku.

“Tidak apa-apa, kau butuh selimut kan? Ambil saja dikamarku yang berpintu cokelat.”

Dia segera beranjak ketempat yang kusebutkan, “Pintu cokelat yang mana? Semua pintu diflat-mu ini cokelat!” teriaknya.

“Yang disebelah kanan!” Decakku tak sabar.

Dia kembali setelah mengambil selimut bergambar pikkachu-ku. Eh, apa yang mau dia lakukan? Kenapa dia malah duduk disebelahku? “Yak, mau apa kau Lee Hyuk Jae?!” Kataku tersentak sambil memundurkan diriku dan duduk dengan kaki terlipat diujung sofa.

“Tadi kan kau memintaku untuk berbicara tentang alasanku kesini.” Katanya santai.

“Lalu? Kenapa kau malah duduk disini?”

“Dengar, aku hanya mengucapkan ini sekali, tidak ada siaran ulang atau apapun! Kau harus mendengar ucapanku baik-baik.” Ujarnya memperingatkan. Sebenarnya dia ini ingin bicapa apa, sih?

“Baiklah, baiklah. Cepat katakan!” Ujarku tak sabar.

Dia menghela nafas, “Maafkan aku.. Perkataanku tempo hari yang lalu memang keterlaluan. Aku… aku menyesal saat mengatakan itu padamu Hyu Ri-ya. Seharusnya aku mendengarkan penjelasanmu dulu saat itu, tapi aku… tapi…” jelasnya panjang lebar dengan gugup dan tempo yang cepat. Aku tersenyum jahil melihat kegugupannya.

“Apa? Aku tidak dengar, kau berbicara terlalu cepat dan pelan sekali, Lee Hyuk Jae.” Ujarku pura-pura.

Ya! Kau ini, aku sudah bilang tidak ada siaran ulang.” Dengusnya. “Shireo! Aku tidak mau mengatakannya lagi.”

“Ya sudah, aku anggap kau tidak membicarakan apa-apa.” Ujarku cuek.

Dia mendecak, “Baiklah, baiklah.. dengarkan aku.” katanya mengalah, “aku… maafkan aku. Aku memang bersalah tempo hari yang lalu. Perkataanku memang keterlaluan, aku saat itu menyesal telah mengatakannya, dan aku menyesal membuatmu hujan-hujannya sehingga kau menjadi sakit begini…” jelasnya lagi.

Aku terdiam mendengar permintaan maafnya yang kunilai terdengar tulus.

“Kenapa kau diam saja? Aku sudah menjelaskannya panjang lebar, jangan bilang kau tidak mendengarnya lagi.” Katanya setelah menyadari respon diamku.

“Kalau kau memang menyesal setelah berkata seperti itu, kenapa kau tidak langsung meminta maaf padaku. Kau mengulur-ngulur waktu seperti ini. Bagaimana kalau sampai aku mati karena penyakitku ini dan kau belum meminta maaf?” Kataku panjang lebar

Ya~ kau ini membuatku takut saja. Jangan berkata seperti itu.” Ujarnya takut.

“Seharusnya kau mendengarkan penjelasanku dulu,” aku menghembuskan nafas, “saat itu aku kaget karena Chocho yang menyeruduk kakiku sehingga laptopmu jatuh. Aku tidak berniat menghancurkan laptopmu, tahu!.” cecarku. Dia hanya menunduk memandangi selimutku yang melilit ditubuhnya.

Mianhae, jeongmal mianhae.” Ujarnya pelan. Dia mengangkat wajahnya dan menatapku, “maafkan aku, aku memang bersalah.” omo… Kenapa matanya memerah? Aishh… Jangan bilang kalau dia akan menangis… Demi Tuhan, benar yang dikatakan Yesung, Dong Hae dan Hyuk Jae ini mudah sekali menangis. Aku jadi yang merasa jahat disini, padahal aku hanya mencoba menguji ketulusan permintaan maafnya.

“Ba—baiklah, aku sudah memaafkanmu. Ja—jangan menangis begitu.” Ujarku takut-takut sambil menendang-nendang kakinya pelan yang duduk didepanku.

Dia mengangkat wajahnya sumringah, “YES!!! Aku berhasil YESS!!!” Apanya yang berhasil? Jangan-jangan dia hanya berpura-pura.

YA!!! Apanya yang ‘YES’?! Kau ini mempermainkanku ya?! Aishhh... Aku tidak akan memaafkanmu!” Bentakku kesal.

Mwo? Kenapa begitu? Tadi kau bilang kau memafkanku?! Tidak bisa! Kau sudah memafkanku!” Sergahnya.

“Aku tidak akan menerima permintaan maaf dari seeoranng yang berpura-pura!” Decakku sebal.

“Aku tidak berpura-pura, sungguh! Kau harus memaafkanku! Bagaimanapun aku sudah meminta maaf panjang lebar masa kau tidak ingin memaafkanku?!” Sebenarnya dia ini meminta maaf atau memaksa sih?! Menyebalkan sekali!

“Ck, baiklah baiklah… Aku maafkan. Kau ini tidak tulus sekali.” Decakku mengalah.

“Aku sudah tulus, Hyu Ri! Memangnya kau tidak bisa—“

“Iya.. Iya… aku tahu kau tulus. Sudah jangan cerewet!”

Huh, bilang dong dari tadi, aku kan jadi tidak perlu susah-susah seperti itu.” Gumamnya pelan. Anak ini benar-benar…

Yak!!! Apa kau bilang?! Kau ini tidak ikhlas sekali.” Sungutku sebal.

“Tidak, aku tidak bilang apa-apa.”

Aku meniup-niup poniku sebal dan masih tetap melipat kakiku dijung sofa satunya sedangkan dia diujung yang lain. Dan tanpa kusadari dia tiba-tiba bergerak mendekat padaku, “Ya~ Apa yang mau kau lakukan?!” Tanyaku. Awalnya aku mencoba terlihat biasa saja, tapi melihatnya yang bergerak semakin dekat seperti ini membuatku panik, “Lee Hyuk Jae, jangan macam-macam!” bentakku padanya yang semakin dekat.

“Macam-macam apa? Kita hanya berdua diflat-mu ini, jadi tidak akan ada orang yang mengira kita macam-macam.” Dia tersenyum jahil dan bergerak semakin dekat padaku.

“Demi Tuhan, jangan bercanda! Atau—“ ucapanku terhenti saat dia sudah ada persis didepan wajahku. Aku menelan ludah panik, suhu badanku yang panas ditambah dengan tebalnya sweater ini membuat keringatku mengucur deras.

“Atau apa? Kau sedang sakit, jadi tidak ada yang bisa kau lakukan.” Dia tersenyum mengejek. Ya tuhan, lindungi aku…

Dia semakin mendekatkan wajahnya padaku  hingga jarak antara wajah kami semakin kecil, Demi Tuhan, ini tidak boleh. Wajahnya terlalu dekat sehingga aku bisa merasakan nafasku sendiri yang panas kembali kewajahku setelah menyentuh wajahnya.

Ini semakin dekat, semakin dekat… terlalu dekat.. Demi Tuhan… Ayah… aku takuttt.. Aku memejamkan mata erat.

Tiba-tiba saja dia tertawa terbahak-bahak dan aku langsung membuka mataku. Dia sudah berada ditempat duduknya semula sambil terus tertawa terbahak-bahak. Aku menatapnya yang masih terus tertawa sampai wajah, telinga, dan lehernya memerah.

“Kau pikir apa yang akan kulakukan?” Katanya disela-sela tawa. Aku terus menatapnya dengan pandangan membunuhku sambil memberikan sugesti padanya agar dia bisa mati tiba-tiba. Demi Tuhan, aku berharap sekali sugestiku berhasil. Benar-benar menyebalkan!!! Berani-beraninya dia mempermainkanku!

“Sekarang kita impas, dulu kau pernah mengerjaiku seperti ini.” Dia kembali melanjutkan tawanya. “Kau harus berkaca Hyu Ri-ya! Wajahmu merah, benar-benar merah! Kau pikir aku mau apa? Aku hanya ingin mengecek suhu tubuhmu.” katanya terkekeh.

“Tidak lucu! Tega sekali kau mempermainkan orang yang sedang sakit!” Sungutku, “ aku menyesal sudah memaafkanmu!”

Yayaya~ kita sudah impas! Jangan marah-marah lagi!”

“Tidak peduli!” Geramku.

Dia tidak memperdulikan perkataanku dan malah beringsut semakin dekat, “Ya! Kau mau apa lagi?!”

Tiba-tiba saja dia menempelkan pipinya dipipiku, aku yang langsung menyadarinya langsung mendorongnya menjauh. “Demi Tuhan… berhenti mempermainkanku! Ini tidak lucu!”

“Ya tuhan, suhu badanmu tinggi sekali, kau seharusnya ke dokter!”

“Biar saja! Biar aku mati sekalian agar bisa menggentayangimu!” Sungutku kesal.

“Jaga ucapanmu!” Bentakanya. “ diluar hujan dan tidak mungkin aku membawamu kedokter, jadi lebih baik kau istirahat saja.” Perintahnya. Dia pikir dia siapa bisa memerintahkanku seperti itu setelah tindakannya yang menyebalkan!?!

“Aku memang sudah mau istirahat kalau tadi kau ikut pulang dengan Sung Min!” Sergahku.

“Yasudah, sekarang lebih baik kau istirahat!”

Aku berdecak, “Kau pikir aku bisa istirahat dikamar sedangkan diluar ruangan ada orang sepertimu?!”

“Memangnya kenapa? Aku tidak akan berbuat apa-apa dan tidak akan mencuri barang-barang disini!” Balasnya.

“Kau pulang dulu baru aku akan istirahat.”

“Diluar sedang hujan, nanti aku akan pulang kalau sudah dijemput!” Katanya.

“Aku tidak percaya.”

Ya! Aku tidak mau tanggung jawab kalau penyakitmu semakin parah!” Dengusnya. “Jadi, lebih baik kau pergi kekamarmu istirahat atau—“

Aku memotong ucapannya, “atau apa?”

“Atau kau kugendong dan a—“

“Baiklah, baiklah. Aku masih bisa berjalan sendiri.” Sergahku, lebih baik aku diseret-seret daripada harus digendong oleh primata sepertinya. “Huh, memangnya kau pikir ini rumah siapa? Seenaknya saja memerintahku.” Cibikku seraya bangkit dari sofa dan menuju kekamarku.

Dukk..

Tiba-tiba saja jari kakiku terantuk kaki meja ketika berjalan. Kurang ajar! Kenapa hari ini aku sial sekali sih?! Aku jatuh terduduk sambil mengumpat, “Saekki!!! Arghhhh… Meja sial!” Umpatku sambil meringis.

Dia hanya tertawa melihatku jatuh. Benar-benar, ingin sekali aku tendang dia keluar atau aku rebus hidup-hidup, dasar Monyet ceking!

Ya! Jangan tertawa! Ini tidak lucu, bodoh!” Geramku.

“Makanya jangan marah-marah terus! Kau ini sakit atau tidak sama saja tidak bisa berhenti mengomel.” Katanya disela-sela menahan tawa.

“Masa bodoh!”

Aku mencoba bangkit ketika kurasakan ada sesuatu yang menyentuh pinggangku, “KAU MAU APA?! LEPASKAN YAYAYAYA!!!!”

Dia menngagkat tubuhku menuju kamar sambil berkata, “bisa diam tidak, sih?! Sudah untung aku menolongmu.” Katanya sambil membuka pintu, “Kau ternyata gendut juga ya, berat sekali, ughhh…” Kurang ajar!!! Berani-beraninya dia meremehkan berat badan seorang wanita!

Aku menjambak-jambak rambutnya kesal, “Lepaskan aku!!! Berani-beraninya sekali kau menyebutku gendut!!! Arghhhh…” Sungutku geram.

YA!!! Lepaskan rambutku!!!” Dia menurunkanku dikasur, “Cih, Seharusnya kau bersyukur, kau gadis kedua setelah kugendong setelah noonaku! Bahkan aku tidak pernah menggendong mantan-mantan pacarku seperti itu.” Ujarnya, “Ternyata kau lebih berat dari noona-ku.” Sambungnya.

YA!!! APA KAU BILANG!!! KURANG AJAR!!! KELUAR DARI KAMARKU!!!! KELUAR!!!!” Teriakku geram. Aku melemparkan apa saja yang ada disekelilingku kearahnya. Aishh… peduli apa aku dengan mantan-mantan pacarnya?!

Dia berlari kearah pintu dan segera menutup pintu setelah melemparkan kembali bantal yang kulempar kearahnya tadi.

YA!!! LEE HYUK JAE!!! KUBUNUH KAU!!!”

~*~*~*~*

Sudut Pandang Lee Hyuk Jae

“Arggghhhhh…. Bosan!!!” Aku beteriak kesal. Ini sudah tengah malam! Kenapa tidak ada satupun member utusan Sung Min hyeong yang menjemputku?! Pasti si kepala labu itu lupa! Dan lagi, dengan amat sangat bodohnya ponselku berada disaku mantel, sedangkan mantelku ada dimobil Sung Min hyeong, dan mobil Sung Min hyeong sudah antah berantah berada dimana.

Sudah 4 jam lamanya aku berguling-gulingan dikasur Hyu Ri—kasur dikamar yang berseberangan dengan kamarnya, tidak mungkin aku berguling-gulingan dikasurnya, yang ada aku malah digiling—. Karena cuaca yang sangat amat dingin begitu Hyu Ri masuk kekamarnya aku juga langsung masuk kekamar yang berada diseberang kamarnya. Karena yang aku dengar tempo hari yang lalu, temannya—entah siapa namanya—sudah pindah kerumah orang tuanya. Jadi, tentu saja kamar ini tidak berpenghuni.

Aku harus menelepon salah satu dari mereka yang berada didorm. TAPI BAGAIMANA?! Ponselku tertinggal! Dan aku tidak mungkin membangunkan beruang yang sedang hibernasi, yang ada aku malah dikuliti, lagipula dia sedang sakit, aku tidak mungkin membangunkannya hanya untuk meminjam ponsel.

Apa ada telepon rumah? Pasti ada telepon rumah! Aku beranjak keluar dan mencari dimana gerangan  telepon rumah itu berada. Setelah hilir mudik mencari, Tuhan memang sayang padaku yang rajin beribadah ini (ah masa?), aku langsung menghampiri telepon yang ada diruang tamu dan segera menekan nomor telepon dorm. Semoga mereka belum tidur,dan Kyu Hyun biasanya masih asik bermain PS.

Yeobosaeyo.” Terdengar suara malas-malasan diseberang sana. Ini pasti Kyu Hyun.

Ya! Jemput aku sekarang diflat Hyu Ri!! Ini sudah tengah malam! Apa Sung Min hyeong tidak bi—“

“Maaf tuan, ada salah sambung, ini nomor telepon bidan.” Brakk. Sambungan langsung diputuskan begitu saja.

“Yeobosaeyo! Yeobosaeyo! Kyu Hyun-ah!!” Dengan bodohnya aku masih terus berteriak-teriak kesal pada telepon yang sudah ditutup. Aishh.. kurang ajar!! Awas anak itu nanti. Memangnya dia pikir aku bodoh?! Aku sudah hafal nomor telepon dorm diluar kepala. Mana mungkin salah sambung!

Aku menekan nomor ponsel Dong Hae. Semoga saja anak itu mau menolongku. Dong Hae… aku berharap padamu.

“Maaf, nomor yang ada hubungi…”

Brakk! Aku langsung menutup telepon itu dengan kesal begitu tahu yang mengangkat operator.

YAK!!! MENYEBALKAN!!!! AWAS KAU SUNG MIN HYEONG!!! AKAN KUADU ANJINGMU DENGAN ANJING DONG HAE SAMPAI MATI!!!” Sungutku sebal.

Setelah berteriak-teriak frustasi, perutku yang belum diisi dari siang memberontak. Aishhh.. udara dingin membuatku lapar.”Sabar ya, sayang…” Ujarku sambil mengelus-ngelus perut.

Aku beranjak kedapur mencari sesuatu yang bisa dimakan. Semoga saja Hyu Ri punya makanan untuk mengganjal perutku. Dia pasti tidak akan marah, aku kan sudah datang kesini untuk meminta maaf. Ya, semoga saja dia tidak marah.

Setelah hampir setengah jam aku membongkar pasang isi dapurnya, tapi tidak ada satupun makanan manusia yang tersedia. Arghhhh memangnya selama ini dia makan apa? Kenapa tak ada satupun makanan yang tersedia. Dikulkas hanya ada berbotol-botol susu, air mineral dan minuman yang lainnya. Yaa.. walaupun tadi aku sudah meminum empat botol susu untuk mengganjal perutku selama perburuanku membongkar pasang dapurnya. Ya…hanya empat botol susu cokelat, dia pasti tidak akan marah.

Ketika aku sedang duduk dimeja makan meratapi nasibku yang ditelentarkan oleh Sung Min hyeong, tiba-tiba telepon diruang tamu berbunyi. Semoga saja itu salah satu dari member, atau itu memang Dong Hae yang menelepon balik. Dengan sumringah aku langsung mengangkat telepon itu, “Yeobosaeyo!”.

“….”

Nde?”

~*~*~*~*~

Diam-diam aku membuka pintu kamar Hyu Ri yang syukurnya tidak terkunci. Aku berjalan masuk kekamarnya dan duduk disisi tempat tidurnya. Anak ini tidur dengan nyamannya dibalik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya hingga kepala, apa dia tidak sesak nafas?

Telepon yang tadi kuangkat ternyata dari tuan Han, ayah Hyu Ri. Awalnya dia pikir dia salah sambung karena suara laki-laki yang mengangkatnya, tentu saja, anaknya kan perempuan dan yang tinggal—dulu—bersama anaknya juga perempuan, sudah pasti dia berpikir kalau dia salah menekan nomor. Tapi, setelah aku mencegahnya menutup telepon dan menjelaskannya dia langsung berteriak-teriak sengit. Dia berpikir bahwa aku juga tinggal disini bersama anaknya tanpa sepengetahuannya. Akhirnya, setelah aku meyakinkannya dengan amat susah payah kalau aku hanya teman kuliah Hyu Ri yang terjebak diflat-nya dan tidak bisa pulang karena hujan yang terus mengguyur disini hingga membuat mobilku mogok gara-gara kemasukan air sampai kedalam mobil—Oke, mungkin itu alasan yang bodoh, mana ada mobil yang kehujanan sampai airnya masuk kedalam dan jadi mogok? Tapi yang paling bodoh disini itu adalah yang mempercayainya. Sudahlah, aku tidak bermaksud menghina tuan Han—akhirnya ia percaya. Dan menyuruhku untuk tidak berbuat macam-macam pada anaknya—lagipula siapa juga yang berani mengganggu si beruang yang sedang hibernasi—dan dengan khawatir menyuruh Hyu Ri untuk meneleponnya segera ketika dia terbangun setelah aku memberitahunya kalau Hyu Ri sedang sakit.

Ayahnya itu terdengar khawatir sekali, lagipula kenapa Hyu Ri hanya tinggal sendiri dan tidak bersama ayahnya atau i—aku lupa kalau ibunya sudah meninggal,  dan hal itu mengingatkanku dengan yang dikatakan oleh Dong Hae.

Setelah aku menutup telepon, aku langsung mengecek keadaan Hyu Ri dikamarnya, sekaligus melaksanakan perintah—pemakasaan—ayah  Hyu Ri untuk merawatnya. Errr… apa anak itu mau aku rawat? Sejujurnya aku takut kalau malah aku yang kena damprat.

Aku membuka selimut tebal yang menutupi kepalanya, keringat membanjiri dahinya yang sedang tidur.  Aishh… dia ini bodoh atau apa sih? Aku yakin sekali suhu tubuhnya naik dari yang terakhir aku rasakan saat pipiku kusentuhkan kepipinya. Ck, tentu saja! Bagaimana tidak? Dia tidur dengan sweater tebal dan ditambah dengan selimut tebal yang melilitnya. Bagaimana hawa panas itu akan hilang?! Aku yakin sekali kalau dia begini terus sampai pagi, suhu tubuhnya akan meningakat menjadi 40 derajat dan sudah pasti dia sudah tak sadarkan diri.

Aku beranjak kedapur mengambil air dingin dan kain yang teronggok dimeja makan,  lalu mengompresnya. “Setelah kau sembuh, kau harus berterima kasih padaku karena telah mengompresmu!” Ujarku padanya yang masih terlelap.

Bosan, sudah 20menit lamanya aku duduk disisi tempat tidurnya tanpa melakukan apapun, ditambah perutku tidak berhenti mendesah-desah kelaparan (?). Mungkin bermain-main dengannya yang sedang tidur bisa menghibur. Aku menoel-noel pipinya yang memang agak mengembang, atau menusuk-nusuk pipinya pelan dengan telunjukku.

Aku terkekeh melihat wajahnya yang kucubit-cubit pelan, baiklah, ekspresi ini harus kuabadikan. Tanganku kiriku masih menyubit pipinya sedangkan tanganku yang lain mencari ponselku disaku yang dengan bodohnya kusadari kalau ponselku memang tertinggal di mantel. Huh.. padahal ini ekpresi langka Hyu Ri.

Tiba-tiba saja matanya mengerjap pelan dan terbuka ketika aku sedang mengetuk-ngetukan jariku dahinya. Aku menjulurkan lidah padanya yang menatapku dan dia kembali memejamkan mata.

Aku menghitung dalam hati.

Satu..

Dua…

Tiga…

YAKK!!! APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?!” Teriaknya setelah menyadari kehadiranku. Dia melemparku dengan bantal dan memundurkan tubuhnya menjauh.

“Ck, akhirnya kau bangun juga…” Ujarku.

“APA YANG KAU LAKUKAN DISINI LEE HYUK JAE?! KENAPA KAU BELUM PULANG?!”

Aishh.. Aku juga ingin pulang! Tapi tidak ada yang datang menjemputku!”

“LALU KENAPA KAU MASUK KEKAMARKU?! CEPAT KELUAR!” Bentaknya.

Aku mendecak kesal, “YA! Kau ini bodoh atau apa?! Sudah tahu badanmu panas, kenapa malah tidur menggunakan sweater dan melilitkan tubuhmu dengan selimut tebalmu itu?!”

“AKU TIDAK PEDULI!!”

“Tidak perlu berteriak-teriak seperti itu! Tetanggamu bisa mendengar dan berpikir yang tidak-tidak!”

“TI—“

Aku melompat kekasurnya dan membekap mulutnya pelan, kalau dia masih terus berteriak  begini sudah pasti satpam apartemen yang berjaga dibawah akan kemari.

Dia memberontak lemah sambil menendang-nendang selimut, “emmbhhh embhh…”

“Diam atau kugigit tanganmu?!” Dia membelakangiku sedangkan satu tanganku membungkam mulutnya pelan dan tanganku yang lain menggenggam tangannya yang kuarahkan kemulutku.

“Embhhhhh…” Dia masih terus memberontak.

“Aku serius, aku akan menggigit tanganmu kalau kau tidak berhenti berteriak, aaaa—“ Aku membuka mulutku hendak menggigit tangannya ketika akhirnya dia mengangguk cepat.

“Nah, Akhirnya kau menurut juga,” ujarku. “Suhu tubuhmu itu meningkat, tahu! Kau ini bodoh atau apa?! Tidur menggunakan sweater tebal dan selimut tebal begitu malah akan membuatmu tambah sakit!”

“Embhhhhh…” Dia memberontak lebih pelan dari sebelumnya seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi aku belum melepaskannya.

“Kau sudah makan dan minum obat?”

Dia menggeleng pelan.

Aishh.. Kau ini mau sembuh atau tidak, sih?!” Desisku.

“Embhhhh embhhh embbbhhhh!” Dia mengatakan sesuatu yang seperti ‘Tentu saja aku mau sembuh, bodoh!’

“Baiklah, aku akan melepaskanmu. Tapi, kau harus makan sesuatu. Aku akan membuatkanmu bubur, arraseo?!”

Dia mengangguk.

“Tapi, ketika aku lepaskan kau tidak boleh teriak lagi, arra?!

Dia mengangguk lagi dengan tidak sabar.

Aku melepaskan tanganku pada mulut dan tangannya.

Dia menghelah nafas, “kau ingin membunuhku?! Aku tidak bisa bernafas, bodoh!” Bentaknya.

“Siapa suruh kau teriak-teriak begitu, huh?!”

“Cepat turun dari kasurku!” Sungutnya kesal.

Arra, arra… aku akan membuatkanmu bubur, dan kau tunggu disini jangan melarikan diri!” Perintahku.

“Memang kau pikir aku mau melerikan diri kemana?! Ini rumahku!” sungutnya. Dia kembali merebakan diri dikasur dan memeluk gulingnya.

“Terserah terserah…” Aku segera beranjak keluar dan menuju dapur.

~*~*~*~*

“Lho? Kok kau kesini?!” Tanyaku ketika melihatnya kedapur menarik kursi meja makan dan duduk disitu.

“Memangnya kenapa? Ini kan rumahku!”

Aku berdecak, “Terserahlah.”

“Ini. Makanlah.” Aku menyodorkan semangkuk bubur yang sudah jadi padanya.

“Apa ini?” Tanyanya heran.

“Bubur, masa batu.” Balasku.

“Kok masih menyerupai beras begini?!” Protesnya.

Aishh… kau ini banyak protes! Cepat makan saja!”

“Aku akan makan tapi kau harus pulang setelah ini!”

Aku terdiam, ini masih jam dua pagi, “baiklah, aku akan pulang. Cepat makan!” kataku terpaksa.

Dia menyeringai dan akhirnya memakan bubur buatanku yang memang terlihat seperti bubur kertas dengan ogah-ogahan.

“Hyu Ri..” Panggilku disela-sela makannya.

Dia hanya menatapku sekilas dan kembali melanjutkan makannya.

“Ibumu… Apa benar ibumu sudah meninggal?” Tanyaku ragu.

Tubuhnya menegang dan sontak melepos sendok yang ia genggam, “Benar.” Jawabnya singkat sambil menunduk dan melanjutkan makanannya.

“Kapan?” Tanyaku. Aisshh.. bodoh. Sebenarnya bukan itu yang ingin aku tanyakan. Tapi, kenapa ibunya meninggal. Mengingat ucapan Dong Hae yang yang mengatakan Hyu Ri tidak suka padaku karena ibunya meninggal. Tapi apa hubungannya denganku? Aku bahkan sama sekali belum pernah bertemu dengan ibunya.

“Apa aku perlu memberitahunya padamu? Apa urusanmu?” Tanyanya skeptis.

Ya! Aku hanya bertanya! Jawab saja!”

Dia berdecak, “Sewaktu aku menghadiri konser barbarmu itu, pagi itu ibuku meninggal.” Ucapnya pelan. Kurang ajar gadis ini menyebut konser Super Junior konser barbar!

Mwo?! Kau bilang pagi itu ibumu meninggal?! Tapi, kenapa kau malah datang menonton konser bukannya mengunjungi ibumu?!” Tanyaku kaget.

“Kalau aku jelaskan juga kau tidak akan mengerti.” Jawabnya malas.

Ya~ cepat jelaskan saja.” Ujarku tak sabar.

“Memang kenapa aku harus menjelaskannya padamu, huh?!

“Karena…” aku juga tidak tahu kenapa dia harus menjelaskannya. “Jebal~ katakan sajaa..” Kataku akhirnya.

~~~

Ternyata karena itu, karena itu dia tidak menyukaiku. Karena ulahku yang menyebabkan dia ketinggalan pesawat menuju Indonesia dimana ibunya meninggal. Aku juga baru tahu kalau dia bukan orang korea murni, pantas saja matanya berbeda dari orang korea yang lainnya, kecuali kalau memang dia melakukan operasi plastik menggunakan semen untuk mendapatkan lipatan mata sebanyak itu.

Aku sedikit menyesal, tidak sedikit, engggg setengah menyesal mungkin, ahh aku tidak peduli sebanyak apa, aku menyesal membuatnya tidak dapat bertemu ibunya untuk terakhir kalinya.

“Maafkan aku,” kataku akhirnya.

Dia mendongakan wajahnya, “Telat. Kalau kau meminta maaf sekarangpun tidak akan bisa memutar waktu agar aku bisa bertemu ibuku,” katanya. “tapi lebih baik daripada kau tidak meminta maaf.”

“Ya memang, aku tahu aku salah.”

“Memang salah.” Ujarnya cuek. Anak ini, benar-benar.

“Jadi, kau sudah memafkanku?” Tanyaku.

“Memangnya akubilang begitu?”

“Lalu… A—“

“Aku sudah selesai makan, sesuai janjimu. Kau bisa pulang.” Katanya tega. Aisshh…aku pikir dia akan melunak dengan permintaan maafku.

Aku memasang wajah memelas terbaikku sambil menghela nafas,“Baiklah, aku akan pulang,” ucapku pelan, “walaupun ini masih sangat terlalu pagi dan sangat dingin, walaupun perutku lapar karena belum makan sejak kemarin siang, tidak apa-apa, aku pulang saja.” Kataku memelas. “Walaupun aku juga tidak membawa mantel, aku akan pulang.“ Aku meliriknya dengan wajah pasrah, “semoga kau cepat sembuh, hati-hati. Aku pulang dulu walaupun diluar cuaca sangat dingin.”

Dia terdiam.

“Baiklah, baiklah. Tidak perlu dilanjutkan lagi. Kau bisa pulang nanti.” Katanya setelah aku beranjak dari kursi.

“Yess, aku berhasil lagi! Yes!”  Ucapku pelan takut dia bisa mendengarnya, yang ada aku malah langsung ditendang keluar olehnya. “Ahh.. Syukurlah aku tidak jadi pulang. Cuaca diluar sangat dingin ditambah lagi perutku yang lapar, pasti aku akan pingsan diluar sana,” kataku memelas. “Aduhhh… lapar sekali..” lanjutku sambil mengusap perutku.

Aku meliriknya yang menghela nafas, “aisshhh… sana cepat makan.” Suruhnya.

“Tapi tidak ada makanan didapur dan dikulkas.” Kataku memelas.

Mwo?! Kau sudah memeriksanya?”

Aku hanya menyeringai padanya.

Aishhh… sana ambil saja mie instan dikamarku!”

“Kenapa kau menyimpannya dikamar?” tanyaku heran.

“Aku takut ada maling dan mencuri bahan makananku.” Aku menatapnya datar dan langsung menuju kamarnya mengambil mie instan. Aneh sekali orang ini, kalaupun ada maling untuk apa maling itu mencuri bahan makanan daripada benda-benda elektronik berharga yang ada di apartemen ini?! Maling yang bodoh, pasti tidak lulus sekolah dasar.

~~

“Kau sudah minum obat?” Tanyaku sambil mengunyah.

“Sudah,” Jawabnya, “kemarin siang.” sambungnya.

Mwo?! Pantas saja panasmu tidak turun-turun! Kau sudah makan, sana cepat minum obat!” perintahku malas.

Aishhh… kau ini jangan sok perhatian padaku karena aku sudah memberimu mie instan!” dia mendengus. “Cerewet.” Lanjutnya.

Ya~ niatku kan baik menyuruhmu minum obat! Kenapa kau malah marah-marah, huh?!”

“Persediaan obat dikotak obat sudah habis,” katanya. “aku mau tidur lagi saja.” Dia beranjak dari kursi dan menuju kamarnya.

Yayaya! Tadi ayahmu menelepon!” kataku.

Mwo?!” dia tersentak kaget mendengarnya, “lalu apa yang ia katakan?!”

“Aku bilang kau sedang sakit dan beliau menyuruhmu untuk meneleponnya ketika kau sudah bangun tidur.” Jelasku.

Dia mendecak, “Aishhh… kenapa kau mengangkatnya?!”

“Memangnya siapa lagi yang akan menjawab telepon selain aku tadi?! Hantu?!” Sungutku sebal.

Dia mengacuhkanku dan segera menuju telepon, “ini masih terlalu pagi untuk menelepon.” Kataku.

“Ayahku itu di italy, mungkin disana masih siang!” decaknya.

Aku hanya mengangguk-angguk mendengar pernyataannya.

~*~*~~**~*

Aisshhh… kenapa kau bilang pada ayahku kalau aku tinggal sendiri?” Tanyanya kesal. Tadi aku memang sempat memberi tahu ayahnya sebelum Hyu Ri bangun kalau sekarang dia tinggal sendiri.

“Lho? memangnya kenapa?”

Dia berdecak sebal. Setelah menelepon ayahnya, dia jadi terlihat bingung. Memangnya ada apa?

“Memangnya ada apa, sih?” Tanyaku penasaran. Dia semakin terlihat bingung.

Dia mendecak, “Ayahku menyuruhku pindah dari flat ini, setelah mengetahui kalau In Young tidak tinggal disini lagi.”

“Lalu? Memangnya kenapa?”

“Kau tidak tahu. Ini rumit…”

To be continued…

Finally~ aku mutusin posting chapter 5 ini, ngebosenin ya? aku aja yang nulis ngebosenin, hehehe.. lagi galau banget nih, aneh deh masa yang minta pw chapter 4 gak sama dengan yang komen~ lebih banyak yang minta PW dari yang komen.. apa aku kasih pw beda untuk semua ff? *kejem bener lo kar* hoho.. gak tau deh ahh~ Kalo chapter ini responnya sedikit, aku stuck nulis dulu deh, seperti tidak diharapkan T_T <–berasa ada yang ngarep. chapter 6-nyaaa… gak tau..lagi bikin sih, tapi ngeliat respon dari komentar chapter 5 dulu pikiran reader pada maunya apa.. hoho.. eh iya gimana posternya? komen juga ya poster dengan godaan teaser Hyukkie kaya gitu? MUAHAHAHA

Oke keep SEXY SEXY SEXY yaaa~

[DRABBLE] OURS


Title       : Ours

Author : KARINPUT

Genre   : Romance

Rating : General

Cast      : Lee Hyuk Jae, Shin Jae Ri

Assalamualaikum, ASSA!!! akhirnya kesampean juga nyelesain DRABBLE ini. Sebenernya aku mau posting Chapter 5 fanfict H for Hyuk Jae or H for Hyu Ri~ tapi lagi gamang~ ngeliat responnya serasa pengen ngubur diri aja dimakam firaun, yang minta pw chapter 4 ada 20 orangan lebih, ettt tapi yang ninggalin bercak cuma seperintil, ya okedeh~ jadi aku posting fanfict ini aja waaaakss

DRABBLE ini sekuel dari [DRABBLE] WAITING

Kalo bisa, sambil baca dengerin lagu “OURS” by Taylor Swift, karena aku juga terinspirasi dari lagu itu. =D

Sudut Pandang Shin Jae Ri

Sudah 20 bulan ia pergi melaksanakan kewajibannya sebagai laki-laki di warga negara Korea. Selama itu pula juga ia bersikeras tidak ingin kami bertemu saat ia diberikan waktu luang untuk mengunjungi keluarganya. Setiap kali aku bertanya padanya lewat telepon, chat, atau sms jawabaannya selalu ‘Aku sedang ingin melatihmu untuk tidak selalu bergantung padaku, ini hanya dua tahun. Bagaimana jika aku nanti pergi lebih dulu karena Tuhan lebih sayang padaku? Itu lebih lama dan selamanya, Jae.’ Dan aku selalu mengomel tidak jelas jika ia berbicara seperti itu. Dasar Lee Hyuk Jae! Berlebihan sekali laki-laki itu.

~*~*~*~*

“Kau tidak akan selingkuh kan?” Tanyaku pada saat mengantarnya untuk wajib militer di stasiun kereta.

Dia menghela nafas, “Kau pikir aku selingkuh dengan siapa? Disana itu laki-laki semua, Jae.” Ujarnya.

“Jadi, kalau ada wanita disana kau mau selingkuh, huh?” Aku mencibir.

“Tentu saja,” katanya, “tentu saja tidak. Bagaimana aku bisa selingkuh sementara hatiku tertinggal disini,” dia menyentuh relung leherku.

Wajahku memerah dan menunduk seketika, menyembunyikan senyumku, “Benar, aku memenjarakan hatimu bersamaku.” Aku langsung memeluknya ketika ia melebarkan tangannya menyambutku. “Aku tidak akan merindukanmu, tahu!” Ucapku berbohong.

“Dan aku lebih tidak akan merindukanmu, pabo!” Ia semakin mengeratkan pelukannya.

~*~*~*~*

Sampai sekarang, aku masih bertanya-tanya, umurnya baru menginjak 26 tahun, tapi kenapa ia mendapat surat panggilan wajib militer secepat itu. Biasanya laki-laki disekitarku mengulur-ngulur kewajibannya untuk wajib militer sampai umur 30 tahun. Tapi berbeda dengannya yang kelihatan semangat sekali ingin mengikuti wajib militer.

Aku tersenyum ketika teringat alasan tidak masuk akalnya pada saat kutanya hal itu beberapa hari sebelum ia berangkat wajib militer…

~*~*~*~*

“HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!” Aku berteriak kaget dan ketakutan, refleks aku meraih apapun yang ada didekatku untuk pegangan, tanganku menarik rambutnya yang duduk dikarpet sedangkan aku berada diatas sofa.

YAK!!! Jangan menarik-narik rambutku!!!” Sungutnya kesal sambil mencoba melepaskan tanganku dari rambutnya.

Aku masih terus menjambak-jambak rambutnya gemas.  “Tidak bisa, aku butuh pegangan, filmnya menyeramkan sekali…” Balasku dengan suara gemetar. Kami sedang menonton film horor Thailand yang berjudul ‘PHOBIA’ dirumahku saat ibuku sedang pergi dan adikku berada dikamarnya. Film ini benar-benar kejam, hantu difilm itu sangat nyata. Untung aku mengajaknya menemaniku, kalau tidak aku bisa kerasukan hantu di film itu. Memang terdengar berlebihan, sih. Hantunya memang tidak bisa keluar dari layar, tapi tetap saja menyeramkan.

“Kalau kau takut kenapa tidak menutup mata?! Kau malah melotot melihat hantunya dan menjambak rambutku! Aishhh…” Decaknya sebal sambil merapikan rambutnya.

“Tapi aku penasaran dengan hantunya, Hyuk.” Aku masih tetap memandang lurus kelayar.

Dia beranjak pindah duduk kesofa disebelahku sambil berdecak, “Awas kalau kau masih menjambak-jambak rambutku, kalau takut tutup saja matamu, atau…” dia beringsut semakin dekat, “kau bisa memelukku.” lanjutnya genit.

Aku mendorongnya menjauh “Aishh… sana jangan duduk dekat-dekat, kau menganggu konsentrasiku.” Desisku. Disaat menegangkan menonton film horor seperti ini dia masih saja menggodaku. Sudah kebiasaanku sejak dulu saat menonton film horor pasti aku akan berteriak-teriak heboh dan itu yang membuat ibu dan adikku malas menemaniku, karena mereka pasti akan jengkel  mendengar teriakanku. Tidak seru kalau malah menyembunyikan wajah, walaupun tidak jarang aku membawa bantal untuk menutupi mataku kalau sedang menonton sendirian.

“HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!” Teriakku untuk yang kesekian kalinya selama film ini berlangsung. Aku langsung  mencengkram erat dan mencakar-cakar  tangannya gemas. Aishh.. Kurang ajar sekali produser yang membuat film ini! Kenapa hantunya selalu muncul tiba-tiba?! Hantu yang ini benar-benar menyeramkan, dari mulutnya keluar lendir menjijikan dan wajahnya yang tak terbentuk dengan rambut panjang itu benar-benar terekspos sempurna dilayar kaca. Sambil berteriak dan mencengkram tangannya aku juga menyembunyikan wajahku dibahunya.

“Hantunya menyeramkan sekali, sebaiknya kau jangan mengangkat wajahmu dulu, Jae.” Katanya sambil mengelus kepalaku dibahunya. Aishhh… Mencari kesempatan sekali dia.

Ya!!! Jangan mencari kesempatan kau Lee Hyuk Jae!” Aku mengangkat wajahku dari bahunya.

YAAAAAA!!! Kenapa kau menggigitt bahuku?!” Teriaknya setelah aku menggigit bahunya.

Mwo? Aku tidak menggigitmu,” Ujarku berbohong, “atau jangan-jangan hantu dari film itu.” lanjutku asal.

“Benarkah? Kalau begitu berarti sekarang hantu itu keluar dari layar kaca dan menjadi penunggu rumahmu.” Katanya, “Hiiiiiiii….” katanya sambil bergidik.

YAK!!! Jangan menakut-nakutiku!”  Aku memukul bahunya pelan. Ya Tuhan, jangan sampai hantu itu benar-benar ada disini.

Lho? Kan tadi kau yang bilang…”

“Aku hanya bercanda! Aishhh…” Aku mengambil remote dan segera mematikan film horor yang belum selesai kami tonton itu.

“Kenapa dimatikan?!” Tanyanya heran.

“Aku sudah tidak ingin menonton lagi, gara-gara kau aku jadi parno.” Sungutku. Aku mengeluarkan keping CD film itu dari DVD player dan memberikannya padanya, “ini, kau saja yang bawa pulang.” kataku.

Lho? Ini kan punyamu, kenapa aku yang membawa pulang?”

“Sudah, bawa saja. Kau ini cerewet sekali.” Aku mengambil tasnya disofa dan memasukan DVD itu. “Nah, jadi kalau hantu itu keluar dari film, dia akan bergentayangan dirumahmu.” aku tersenyum lega.

Ya! Mana ada hantu yang bisa keluar dari layar kaca?! Apalagi dari bungkus DVD itu?! Dasar penakut!” Cecarnya sebal.

“Memangnya siapa duluan yang menakutiku, HA?!” Tanyaku kesal. Dia ini menyebalkan sekali.

“Kan tadi kau sendiri yang bilang kalau hantu itu menggigit bahuku, berarti—“

Aishhh… sudah lupakan!” Potongku, “pokoknya DVD ini disimpan dirumahmu saja!” kataku tidak mau kalah.

Dia hanya mencebirkan bibirnya dan beranjak menuju dapur.

***

Ya~ Lee Hyuk Jae!” Aku menghampirinya yang sedang duduk dimeja makan dan sibuk dengan wafer strawberry-nya. Aku bahkan tidak tahu kalau ada wafer strawberry dirumahku. Dapat darimana dia? Pasti ibu yang menyembunyikan wafer itu khusus untuknya. Ibuku memang sayang sekali padanya, aku bahkan sering bertanya-tanya, sebenarnya yang anaknya itu aku atau laki-laki yang sedang ngemil wafer strawberry ini?!

“Apa sih Shin Jae Ri?!” Jawabnya acuh tanpa mengalihkan perhatiaanya dari wafer strawberry itu.

Aku meniup-niup poniku sebal, “Kau kok belum memangkas rambutmu? Bukankah sebentar lagi kau berangkat wamil?” tanyaku sambil ikut mencomot wafer strawberry-nya.

“Nanti saja, aku belum sempat berfoto-foto lebih banyak dengan rambut blondeku ini.” Katanya sambil menyisir rambutnya itu dengan jemarinya.

“Cih, narsis sekali kau.” Cibirku sambil tersenyum.

Dia hanya mendelik padaku sambil menjulurkan lidahnya.

“Ngomong-ngomong, kenapa kau menjalani wajib militer sekarang? Umurmu kan baru saja menginjak 26 tahun?” Pertanyaan ini memang sudah kusimpan sejak kejadian dipantai itu, yang sampai sekarang membuatku bertanya-tanya kenapa dia pergi begitu awal?

“Memangnya kenapa? Lebih cepat lebih baik. Aku hanya ingin pamer statusku yang sudah menjalani wajib militer pada Dong Hae setelah aku pulang nanti.” Dia tertawa licik, “dia pasti iri.” Dong Hae adalah sahabatnya dari SMP, yang sampai sekarang masih sangat dekat dengannya. Sebelum aku mengenal Hyuk Jae, aku bahkan sempat berpikir kalau mereka berdua ini pasangan homo, mengingat Dong Hae yang selalu menempel padanya.

“Alasan apa itu? Tidak masuk akal!” Kataku tidak puas, “jawab yang sebenarnya!.” lanjutku penasaran. Aneh sekali dia, mengikuti wajib militer hanya karena ingin pamer pada Dong Hae. Dasar!

Dia mendekatkan wajahnya padaku, “Kau ingin jawabannya sebenarnya?” tanyanya dengan berbisik. Aishhh… dia membuatku penasaran saja.

Aku memundurkan wajahku, “Tentu saja.” aku mengangguk.

“Cium dulu.” Dia tersenyum jahil sambil menunjuk-nunjuk pipinya.

Aishhh..Tidak mau ah,” Aku mendorong pipinya dengan jariku.

“Ya sudah kalau tidak mau,” ujarnya cuek sambil melanjutkan kembali memakan wafer strawberry-nya.

Ya!! Kau ini tidak adil sekali sih?! Hanya jawaban sederhana seperti itu saja harus dibayar dengan ciuman?! Tidak adil!” Aku mendecak kesal. Dia ini benar-benar membuatku penasaran!

“Ya sudah, kalau tidak adil, cium aku dibibir saja, bagaimana?!” Dia menyeringai licik sambil menunjuk-nunjuk bibirnya.

“Dasar mesum!” Aku melemparnya dengan sapu tangan dan segera beranjak dari meja makan! Aku berjalan sambil menghentak-hentakan kakiku gemas. Huh, sikapnya yang menyebalkan sedang kambuh. Kalau aku terus meladeninya dia pasti akan semakin menyebalkan. Dasar Lee Hyuk Jae!!!

“Aku pulang dulu ya~ terima kasih untuk wafer strawberry-nya. Salam untuk ibumu.” Tiba-tiba saja dia sudah berada dibelakangku dan mengacak-ngacak rambutku.

Nde? Kau sudah mau pulang? Baiklah.”

Dia tersenyum sambil berjalan mengambil tasnya disofa, “Kalau kau takut, telepon saja aku. Aku akan menemanimu sampai kau tertidur.” ujarnya yang membuatku tidak mengerti. “Daaaahh~” dia melambaikan tangannya sekilas dan langsung berlari keluar pagar.

Aku ingin beranjak kekamarku saat melihat sesuatu teronggok disofaku, “YAK! LE HYUK JAE! KENAPA KAU TIDAK MEMBAWA DVD-NYA?!!!” Teriakku dan langsung berlari kearah pintu masuk, dia sedang menutup pintu gerbangku sambil tersenyum jahil dan langsung berlari sambil melambaikan tangannya.

“YAYAYA!!!”

~*~*~*~*

Disatu sisi dia memang tidak bisa ditebak, terkadang menyebalkan, romantis, dan tak jarang selalu membuatku bingung dan penasaran. Bahkan sampai sekarang aku masih tidak tahu alasan kenapa dia pergi wajib militer begitu awal.

Tapi, sepertinya aku tidak perlu memikirkan hal itu lagi. Beberapa bulan lagi, dia akan selesai menjalani wajib militernya. Dan aku tidak membutuhkan alasan kepergiannya kalau dia sudah kembali. Karena yang penting dia sudah kembali kesisiku dan aku menggenggamnya utuh.

~*~*~*~*

Beberapa bulan kemudian.

Aku terbangun dari tidur siangku ketika alarmku berbunyi. Alarm yang sudah kupasang dua tahun yang lalu sejak kejadian itu akhirnya berbunyi. Aku tersenyum senang mengingat apa yang akan kudapat disisa hari ini. Aku segera bangun dan bersiap-siap pergi ketempat yang sudah tak sabar ingin aku datangi selama ini.

~*~*~*~*

Aishhh… menyebalkan! Ini kan bukan hari libur, kenapa tempat ini ramai sekali, sih?! Sudah dua puluh menit lamanya aku mencari kursi tempat kami berjanji dulu, aku ingat sekali ada pohon kelapa yang menaungi kursi itu. Akhirnya setelah aku mencak-mencak sebal dan berkeliling pantai ini aku menemukan kursi yang kumaksud dan segera berlari untuk menempati kursi itu ketika ada beberapa anak remaja yang terlihat ingin duduk dikursi itu juga.

Assa… Aku mendapatkan kursi ini duluan, maaf kalian bisa mencari kursi lain.” Ujarku bangga sambil menjulurkan lidah pada beberapa anak remaja laki-laki dan perempuan yang terlihat masih SMP.

Huh, dasar noona menyebalkan, ayo kita cari tempat lain saja.” Kata salah satu anak laki-laki diantara mereka. Aishhh… sikapnya itu mirip sekali dengan adikku, sama-sama menyebalkan.

Ya! Siapa yang kau maksud menyebalkan?!” Sungutku kesal pada anak-anak remaja itu yang mulai menjauh.

Aku sudah duduk menunggu seperti obat nyamuk selama setengah jam, tapi orang yang kutunggu belum juga memunculkan kepala botaknya. Aishhh, kemana sih dia? Apa dia lupa dengan janjinya? Ini sudah pukul lima sore lewat, sebentar lagi matahari terbenam! Dia  bilang kami akan bertemu lagi disini saat langir berwarna sama saat itu, tapi kenapa ia belum datang?!

Salahku sendiri sih, kenapa tidak meneleponnya terlebih dahulu sebelum datang kesini. Tapi, dulu ia yang berjanji untuk bertemu disini sepulang ia menjalani wajib militernya. Apa dia lupa dengan janjinya sendiri?! Aishhh, awas saja kalau dia lupa. Hari ini memang jadwal kepulangannya menjalani wajib militer. Seharusnya memang dia menemuiku disini.

Seseorang tiba-tiba memeluk leherku dari belakang dan meletakan dagunya dibahuku, “Kau sudah menunggu lama?” suaranya tidak sama sekali berbeda dengan yang kukenal selama ini. Aku terdiam menikmati hembusan nafasnya disamping wajahku, “kenapa diam saja? Apa aku salah memeluk orang?” lanjutnya.

Aku menolehkan wajahku dan melihat wajahnya yang sangat dekat dengan wajahku. Kerinduanku yang kukubur dalam-dalam tiba-tiba bangkit, aku ingin sekali langsung memelukknya ketika ia pindah duduk disampingku. Tapi, Aku menahannya, dia pasti akan meledekku kalau aku ketahuan sangat merindukannya, walaupun dia memang tahu, dan aku memang sangat merindukannya.

“Apa kau tidak rindu padaku? Kenapa kau diam saja?” Tanyanya melihatku yang masih terdiam.

“Apa kau benar-benar pergi wajib militer?” Aku bertanya balik padanya tanpa menjawab pertanyaannya. Lagipula, tanpa kujawab dia pasti sudah tahu apa jawabannya.

Nde? Memangnya kenapa?”

“Kenapa rambutmu—“

Dia tertawa memotong ucapanku sambil menyisir rambut hitam tebalnya dengan jemarinya. Kenapa rambutnya tidak botak?

“Tentu saja rambutku tumbuh, Jae-ya!” Dia terkekeh, “Kenapa kau bisa begitu bodoh?” Lanjutnya.

Ya!” Aku meninju bahunya pelan.

“Kau sudah menunggu lama?” Tanyanya sambil menangkap tanganku dan memainkan jari-jariku.

“Sudah cukup lama sampai orang-orang memerhatikanku dan menganggapku obat nyamuk!” Sindirku.

Dia tersenyum, “Maaf, tadi aku lapar. Jadi aku pulang kerumah dulu.” Ujarnya. Aishh.. Tega sekali dia membiarkanku menunggu lama dan malah pulang kerumahnya terlebih dahulu.

Mwo?! Kau lupa dengan janjimu sendiri? Langit sudah berwarna sama dengan waktu kau berjanji?! Kau tidak  lihat?!” Sungutku kesal sambil menunjuk kearah langit pantai.

Dia tersenyum dan tiba-tiba saja beringsut mendekatiku dan langsung memelukku, “Maafkan aku, tapi terima kasih aku sudah datang, Jae-ya. Aku benar-benar sangat merindukanmu. Tubuhku seakan tidak sinkron dengan otakku selama aku pergi, karena tulang rusukku tertinggal disini.”dDia semakin mengeratkan pelukannya dan menyentuh relung leherku.

“Aku juga merindukanmu Hyuk-ah, sangat.” Kataku seraya memelukknya lebih erat. Membenamkan wajahku dilehernya. Wangi tubuhnya masih sama seperti dulu. Tidak merubah apapun yang membuatku kecewa.

Kami terdiam dengan posisi berpelukan, perlahan-lahan menguapkan kerinduanku yang telah kusimpan selama ini. Dia menyentuh punggungku lembut dengan jarinya, yang terasa seperti mengukir sesuatu, namanya. Dia mengukir namanya dipunggungku lembut, LEE HYUK JAE.

Ya~ berhenti melakukan itu. Itu membuatku merinding.” Kataku seraya melepaskan pelukannya.

Dia hanya tersenyum mengerlingkan matanya, “Aku ingin melakukan sesuatu yang sudah kutunggu selama ini.” katanya seraya menyibak rambutku dan melepaskan kalung yang dulu ia berikan dari leherku. Dia melepaskan cincin yang selama ini menggantung dikalung itu. “Ternyata kau menuruti permintaanku.” Katanya sambil mengamati cincin yang ia pegang.

Mwo?” Tanyaku bingung tidak mengerti dengan yang ia bicarakan.

“Dari cincin ini aku bisa tahu, kalau kau menjaga tulang rusukku dengan baik dan tidak berniat mencintai laki-laki lain.” Ujarnya sambil menatap mataku lekat dengan senyum tulus yang terpasang diwajahnya. Jantungku yang selama dia pergi beristirahat tenang, tiba-tiba saja berdetak cepat. Darahku seolah-olah kembali mengalir lebih cepat sebagaimana mestinya jika ia berada idekatku. Tatapannya memenjarakanku.

“Tentu saja, aku sudah bilang kan? Aku akan menunggumu, Hyuk-ah.”

Gomawo,” katanya. “Aku ingin melakukan sesuatu yang sudah kutunggu selama ini.” ia bangkit berlutut dihadapanku.

Yayaya~ apa yang kau lakukan? Orang-orang memperhatikan kita.” Ucapku gugup. Sebenarnya pantai ini sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang masih tetap dipantai ini. Dan aku bahkan ragu orang-orang itu melihat kami yang jaraknya cukup jauh dari mereka.

“Sudah ikuti saja.” Katanya.

Dia menatap mataku dalamdan menari nafas, “Shin Jae Ri-ssi. Aku tahu aku memang jauh dari kata sempurna. Tapi aku akan selalu mencintaimu, aku akan menyayangimu melebihi sayangmu pada dirimu sendiri, aku akan menyayangimu bahkan lebih dari sayangku pada diriku sendiri, maukah kau menjadi darahku? Yang akan selalu mengalir dibalik kulitku? Yang akan selalu menyertaiku kemanapun aku pergi, dan tumbuh tua bersamaku?” Kata-katanya menyentuh setiap sel tubuhku yang paling dalam, menguapkan seluruh energi pada mitokondria didalam sel-selku. Seakan-akan aku tidak mempunyai energi lagi yang tersisa didalam tubuhku dan membiarkanku berada diposisi ini, selamanya.

Seketika air mataku menetes saat aku menjawabnya, “Ne,aku akan tumbuh tua bersamamu.” kataku sambil mengangguk.

Dia tersenyum bahagia dan menyematkan cincin yang selama ini ingin sekali kulihat terpasang dijariku, “Kau tidak perlu menangis, air matamu terlalu berharga, Jae.” katanya sambil mengusap air mataku.

Dia mendekatkan wajahnya  padaku, membuat jantungku seperti berhenti berdetak tiba-tiba saat ia mencium bibirku, “Gomawo.” ucapnya saat bibirnya masih menempel dibibirku, “gomawo, sudah bersedia menjadi darahku, Jae-ya.” lanjutnya melepaskan ciumannya lalu segera memelukku. “Ini ciuman pertama kita, Jae-ya.” aku merasakan dia terkekeh dibahuku.

Aku tersenyum, “Gomawo karena sudah mencintaiku dan memercayakan tulang rusukmu padaku.” ujarku. Dia mengangguk samar dan semakin mengeratkan pelukannya.

Dia melepaskan pelukannya dan beranjak berdiri, “Lihat, ini Twilight!” katanya seraya menunjuk kearah langit orange pantai yang sedang berusaha menelan matahari diujung cakrawala, “Ayo, aku sudah lama tidak bermain-main denganmu!” ajaknya. Dia menghadapkan punggungnya padaku dan menarik tanganku kelehernya.

Mwo? Apa yang kau lakukan? Tanyaku bingung ketika dia menggendong tubuhku dipunggungnya.

“Aku hanya ingin mengecek apa berat badanmu bertambah selama aku pergi, karena kita akan memesan gaun pengantin, kan?” Ujarnya. Aku tersenyum dan mengacak rambutnya.

Ya! Apa maksudmu? Memang kau pikir aku seberat a—YAYAYA?!” Dia berlari kearah laut semakin kencang yang semakin membuatku menguatkan cengkramanku pada lehernya.

“Kau sebaiknya memeluk leherku lebih erat, atau kau akan terbawa ombak, Jae.” Aku terkekeh.

Aku memeluk lehernya semakin erat, membenamkan wajahku dilehernya dan mengecupnya, “Saranghae”.

Dia menolehkan wajahnya padaku yang berada dibahunya dan mengecup dahiku, “Nado.” Balasnya sambil tersenyum.

Pemandangan senja pantai ini sangat hangat karena sebentar lagi akan memasuki musim panas. Sehangat senyumnya.

Dia sudah kembali kesisiku dan aku menggenggamnya utuh.

FIN

How about this fanfict? Ini kedua kalinya aku bikin kissing scene MUAHAHAHAHAH ngomong-ngomong nulis fanfcit genre romance begini malah bikin mupeng~

Tinggalin bercak komentar ya~ Meninggalkan kesan yang baik itu sunnah nabi <–ngaco okesip

Sexy, Free, and Single. 6JIB Teasers


Assalamualaikum…

Muahahahaha mood lagi sip banget buat ngakak. mau cuap bercuap dikit ahh…

Menjelang 6JIB ini, sejak kamis 21 Juni SM udah mulai posting foto teaser member Super Junior, pertama hari kamis, abis sholat subuh diimamin Hyuk Jae, aku tidur lagi dan bangun jam 10an, pas bangun dan ngecek hape Timeline lagi heboh banget ngomongin 6JIB, katanya sih albumnya itu ‘Sexy, Free, and SIngle’ ANJRIT KAN! nama albumnya aja udah kaya gitu, gimana MVnya nanti?! Kalau ternyata beneran nama albumnya itu, semoga sesuai sama mereka semua, Sexy? udah PASTI, Free? HARUS UDAH PASTI!!! dan Single? KUDU, WAJIB, MESTI GAK PAKE SUNNAH ATAU MAKRUH! KARENA MEREKA CUMA PUNYA SAYA!!! eh nggak, ELFs maksudnya, damai ya damai. -_-V

Usut punya usut, ternyata hari itu teaser 6JIB-nya Hyuk Jae bertebaran kawan~ sempet nyebut juga sih waktu liat teasernya.. anjrittt mamen~ keren banget arghhhhh…. dia cuma pake sejumput kain kuning yang menutupi tubuh bagian atasnya aja udah bikin… errrr… begitu tau ada kancing atas yang sedikit terbuka, ahh anrittt aku langsung nyebut.. untung inget kan lagi puasa.. allahuakbar.. ckckcck godaan berat banget behhhh hampir aja mikir ‘ahh sialan, gue pasrah mau diapain aja juga sama Hyuk Jae, ikhlas banget ikhlas…’ tapi Alhamdulillah yahh masih inget kalo magrib masih lama waktu itu :’)

Dan ini fotonya…

ImageGak tau kenapa dia difoto nunduk, mungkin lagi ngetwit eh langsung difoto sama kameramen. yaudah karena gak siap, beginilah jadinya… tapi ganteng dong tetep..

Jumatnya, seperti biasa aku bangun tidur jam 9-an abis sholat subuh gara-gara semalem abis beribadah melaksanakan sunnah rasul sama Hyuk Jae, maklum malem jumat mihihihi.. yahh baca Al-Quran maksudnya ngulang surat Al-Baqarah 300kali sampe pagi, emang kami ngapain? jangan mikir yang ‘iya-iya’ ah.. <– boong banget padahal baca ff ‘Who Are You’-nya eonni Zuleykha *dilindes pake perata aspal*. Pas aku bangun dan ngecek twitter lagi.. Oh God, ada seonggok teaser baru tak senonoh dari Dong Hae, wajahnya yang polos bak ikan gurame minta banget dicium sampe berdarah. Tapi, entah kenapa, kurang puas sama teaser punya dia, kurang hot-lah menurut ku, aku kira dia bakal pake baju ihram ehhh ternyata pake baju saringan buat nangkep ikan cupang. Yahh~ mau begimane lagi, sebagai istri muda yang baik, aku menerima dia apa adanya lah~ gak enak nyusahin suami mulu :’). ngomong-ngomong, pas aku tegesin gambarnya dilaptop, aku langsung dejavu gitu, mirip si anu… aduhh itu tuh yang kalo foto pake anu… NAH!!! iya mirip foto bunda maria gitu. aku juga gak tau darimana ‘bunda maria’-nya, ahh pokoknya mirip deh. Dan mirip juga sama lukisan manohara, eh monalisa maksudnya. tapi, over all, dia ganteng lah, seperti biasa aku lihat kalau malem minggu dia ngapel :’)

Ini teaser aslinya..

Image

See?? sesuatu yang teronggok dikepalanya? usut punya usut katanya itu saringan ikan cupang yang dipake, heheh becanda kok becanda, ga mungkin saringan ikan cupang, pastinya lebih mahal lah ya.. atau itu mungkin seprei yang diblong-bolongin kali yaa.. ahh gak tau ah.. yang penting ganteng dong tetep..ngomong-ngomong ini kaya foto yang ditempel didepan gang buat petunjuk orang kondangan atau yang ditempel di undangan gitu. Ya gak? Undangan nikah maksudnya bukan undangn khitan, yang bener aja dong ahh..

Dan ketiga hari ini teaser baru yang PALING PARAH! DAN GAK ADIL! CURANG BANGET! MAUNYA DIBILANG GANTENG SENDIRI! CUMA DIA YANG MUKANYA DITEGESIN, GAK TAU JUGA ITU PASTI KAMERAMENNNYAYANG MODUS DEH FOTO 5cm DIDEPAN MUKA KAYA SELCA-NYA YESUNG! Yak siapa lagi kalo buka uri Leader-nim, pas aku liat dilaptop dan di zoom dengan perbesaran 300juta kali–oke becanda becanda, kagak dizoom kok ahh– sekilas dia mirip banget sama Edward Cullen versi asia, gak tau kenapa aku juga bisa ngira begitu, pokoknya mirip. dan matanya itu, behhhhh seperti medan gaya yang dipasang diarea pertarungan the Hunger Games dibuku keduanya yang berjudul Catching Fire, dimana si Peeta ketarik dan jatuh ke medan gaya dan pas diangkat udah gosong. ahh pokoknya itu mata narik banget buat masuk kedalamnya..AZEEEEEKKK… hidungnya juga.. mancung banget!! kalah sule. Aku yakin banget banget banget kameramennya modus!!! INI GAK ADIL! MASA LEADERNIM DOANG YANG GANTENGNYA DIKASIH LIAT UTUH, SEDANGKAN YANG TEASER SEBELUMNYA CUMA DIKASIH LIAT DIKIT GANTENGNYA, GAK ADIL BUAT TEASER-TEASER YANG LAINNYA! Yaudahlah, Syukuri aja teaser yang ada, masih banyak member yang belum diposting teasernya, siapa tau kan gitu si Kyu Hyun pake baju koko yang buat sholat jumat, atau Si Won Topless pake ihram, biar lebih hot lah.. hohoho

ini teaser aslinya…

Image

Dan ini teaser setelah mengalami degredasi editan dari karina…

Image

Leeteuk Cullen dan saya, eh nggak, bella maksudnya. BUKA SORA atau SORA yang lain, cuma hingar-bingar buatan fans belaka. NO BASHING!!

Oh iya, hari jumat ini SM posting foto teasernya dua lho, gak tau kenapa mungkin dia juga ngebet banget mau kasih liat para teaser untuk para ELFs :’) Teaser Ryeo Wook juga dikasih hari ini. Mau komentar sih, tapi bingung bilangnya gimana, enggg… menurut aku teasernya terlalu drama, ya walaupun tetep ganteng pastinya. Gaya Wookie disini kurang hot, sama kaya Dong Hae, tapi tetep… aaaa warna rambutnya keren, bentuk rambutnya juga kaya kapal pesiar, lonjong depan belakang, pake gelang bulu ayam juga, aku gak tau bulu apaan, aku gak ngerti soal bulu-membulu..

Ini teasernya…

Image

Aduhh itu rambut kaya kapal pesiar.. mau dong naik kesitu :3

Oke deh sip, semua teaser yang udah diposting sama SM sampai hari sabtu udah aku tumpahkan ditulisan ini, aduhhh penasaran sama teaser yang lain. ya gak?

ekhem.. Untuk Wallpaperku di PC, aku pake salah satu foto diatas, mungkin nanti Dong Hae bakal ngatain aku pengkhianat, tapi… maaf aku lagi kasmaran sekasmaran-kasmarannya orang kasmaran sama Hyuk Jae, gara-gara sering baca ff dengan cast dia, jadi addict banget kan.. hohoho

Image

Andai dunia sesederhana itu, gambar ini nyata dan 3 orang yang digambar itu keluar dari layar laptopku, aishhh.. sumpah aku pasrah mau diapain aja juga terserah.. MUAHAHAHAHAH *oke ini mesum*

Wassalam…