Salaaamlekum~ <— tukang minta-minta *kibas poni* *kemudian hening*
Sesuai judul chapternya, aku emang lagi heartburning… eaaaaaa~
halooo maaf ya postingannya chapter 7-nya lama… aku lagi heartburning sama monyet gara-gara… gara-gara… ahhh sudahlah, mungkin gak semua readers setuju sama alasanku. Aku jadi semangat nulis lagi karena kemarin-kemarin ada beberapa butir readers aku yang nanya chapter 7 ini, kirain aku gak ada yang nunggu, jadi yaaa ngaret begini… *dibacok* *mati* *idup lagi* <—abaikan saja
Kalian penasaran sama alasan aku heartburning? yaudah aku kasih tau… emmm gimana ya… ini itu gara-gara…. *nangis* si monyet couple-an dance sama anoa… huhuhuh*nangis* eh boa maksudnya. kalian udah liat kan dance-nya gimana? ahh sudahlah, tak usah diliat bagi jewels yang posesif seperti aku-_-
Jadi maaf ya ngaretttttt :> *dibakar readers*
Title : H for Hyuk Jae or H for Hyu Ri?!
Chapter 7 : Heartburning
Author : KARINPUT
Main cast : Lee Hyuk Jae, Han Hyu Ri, Im Yeon Jung, Jang Woo Sun, Super Junior Members
Genre : romance, comedy.
Rating : PG17
Sudut Pandang Han Hyu Ri
Aku sedang mengerjakan tugas kuliahku diruang tamu dorm. Hanya ada dua member yang tidak mempunyai jadwal sampai sore ini: Kyu Hyun dan Hyuk Jae.
“Ada apa dengan bibir dan hidungmu? Kenapa di plester seperti itu?” Kyu Hyun yang sedang menonton TV memperhatikanku sejenak.
Aku menyentuh ujung bibirku yang diplester, “Tidak apa-apa. Kemarin ada sedikit kecelakaan saat aku berkunjung ke kebun binatang. Ada seekor monyet rabies menyundulku saat dia lepas dari kandangnya.” Ujarku asal.
Hyuk Jae yang sedang berkutat dengan laptopnya dimeja makan melirikku. “Apa?!” bentakku. Dia memalingkan wajahnya dan kembali sibuk dengan laptopnya.
“Aku curiga,” Kyu Hyun melirikku dan Hyuk Jae bergantian, “sepertinya ada sesuatu dengan lukamu itu. Kalian berbuat yang tidak-tidak ya?” tuduhnya yang memang hampir benar.
Aku tercekat, tapi tetap berpura-pura tidak peduli. Kemarin memang kami—tidak, dia maksudku—hampir berbuat yang tidak-tidak padaku, setidaknya aku yang berpikir seperti itu, karena apalagi dugaan yang berada dikepalaku ketika dia bilang dia akan melakukan sesuatu yang ada dipikirannya ketika kami hanya berdua dikamarnya dan pada saat dorm sepi.
Aku melempar Kyu Hyun dengan bantal sofa. “Apa maksudmu, bocah?!”
Dia balas melempar, “yaa!! Aku lebih tua darimu! Kau yang bocah!”
~*~*~*~*
“Semua member sedang ada jadwal, jadi… tidak ada yang akan menolongmu.” Dia menyeringai diatasku seperti tau apa yang kupikirkan.
Aku tersenyum mengejek, “Jangan mempermainkanku lagi! Aku tidak akan tertipu! Jadi lepaskan aku, bodoh!” Aku mencoba melepaskan diri dari kurungan tangannya yang berada dikedua sisiku.
“Kau salah kalau mengira aku mempermainkanmu.” Katanya.” Tidak, kau benar. Kita akan bermain bersenang-senang sebentar lagi.” Dia tersenyum mengejek dan mengarahkan wajahnya semakin dekat. Aku meneguk ludah, bagaimana aku mendorongnya kalau dia sedang bertelanjang dada seperti ini?! Jujur, aku gugup sekali. Dia mengerlingkan matanya menggoda, “Jadi… Jawab pertanyaanku. Kalau tidak, dengan posisi seperti ini, aku akan melanjutkan sesuatu yang ada dipikiranku.” ujarnya.
Aku meneguk ludah untuk kesekian kalinya, terdiam. Tidak berani mengatakan sepatah katapun dengan posisi yang seperti ini. Lebih tepatnya… aku menyadari aku tidak berani mengatakan kejujuran.
“Baik, kalau itu maumu. Kau diam saja dan berarti kau setuju dengan apa yang kupikirkan.”
Dia menyeringai dan semakin mendekatkan wajahnya padaku. Meskipun aku berusaha mengelak, tetapi apa yang bisa kuperbuat dengan tanganku yang digenggam kuat olehnya? Aku mencengkram bantal yang ada diatas kepalaku erat. Aku juga seorang wanita normal, tentu saja akan sangat gugup bila berada dalam situasi seperti ini. Apalagi, laki-laki didepanku… YA!!! Apa yang kupikirkan?! Bisa-bisanya aku berpikir seperti itu. pikirku
“Annyeonghaseyo!!!”
Buggg. Dia menjatuhkan kepalanya diwajahku. Tidak, tentu saja dia tidak menciumku. Dahinya yang selebar landasan pesawat dengan sukses membentur hidungku.
“ARGHHHHHHHHHHHHHH!!! DASAR BODOH!!! APA YANG KAU LAKU—EMPHHH..,” tangannya membekap mulutku yang berteriak heboh. Aku terus meronta-meronta sambil menjambak rambutnya, aku panik. Bagaimana tidak?! Dia menindihku!
“HYUK JAE-ya!!! DIMANA KAU?!!!” teriak seseorang itu dari luar.
Dia terdiam kaget.
“Sssssttt diam… ada noona-ku diluar. Aku bisa mati kalau ketahuan membawa gadis kekamar!” Bisiknya ditelingaku.
Aku mencoba melepaskan bekapannya dimulutku, “BODOH!!! Apa yang kau lakukan dengan hidungku?!!! Dahi sialanmu itu—emmpppp…,“dia kembali membekap mulutku bahkan sebelum aku menyelesaikan kalimatku. Aku yakin sekali ada sesuatu yang mengalir dari hidungku.
“Kau ini diam dulu! Nanti ketahuan!” dia menarik selimut dan menutupi tubuh kami berdua. OMO!!! Apa yang ia lakukan?!
Aku yang kaget tidak bisa berbuat apa-apa, sampai didetik berikutnya aku mencoba memberontak kembali, “EMPHHHHPPPHHHHHHHHH—,“ ujarku tidak jelas, padahal aku berniat berteriak: APA YANG KAU PIKIR KAU SEDANG LAKUKAN, BODOH?!!! KAU JUGA MEMBUAT HIDUNGKU BERDARAH GARA-GARA DAHI SIALANMU ITU!!!
Dia tidak memperdulikanku, “ssssttt…”
Terdengar suara pintu kamar terbuka. Padahal kupikir pintu kamar itu terkunci.
Hyuk Jae tiba-tiba mematung, berpura-pura tidur dengan masih mendekapku. Kakinya mengunci kakiku dan tangannya membekap mulutku, tidak terlalu kencang, tapi tetap saja tidak mudah kulepaskan.
“Hyuk Jae-ya!!! Bangun!!! Kau mau tidur sampai kapan?!” Wanita yang dia panggil noona-nya itu mengguncang-guncang tubuhnya.
Aku otomatis terdiam. Bagaimana kalau dia sampai menemukanku didalam selimut bersama adiknya yang bodoh ini?!
Hyuk Jae pura-pura menggeliat, “ahh noona kau menggangguku saja.”
“Apanya yang mengganggu?! Kau mau tidur sampai kapan?! Cepat bangun! Aku membawakan makanan buatan ibu!”
“Ne… Kau keluar dulu noona… tubuhku sedang polos.”
BUG. Noona-nya memukulnya dengan bantal. Aku yang berada didalam selimut ikut merasakan pukulannya. “Dasar kau memang lelaki kesepian tidur dengan tidak berbusana! Huh! Cepat bangun! Aku tunggu diluar!”
“Yak!!!”
Begitu terdengar suara pintu terbanting menutup dan belitan kaki dan tangannya dibadanku melonggar aku langsung menyentakkan selimut, “YAK!!! Dasar bodoh! Apa yang kau pikir baru saja kau lakukan?!” Aku mendorong tubuhnya hingga jatuh kekasur dan segera beranjak dari tempat tidurnya.
Tapi, sebelum aku sempat berjalan dia kembali menarikku hingga jatuh ketempat tidur, “kau mau mati?! Diluar ada noona-ku! Nanti apa yang dia pikirkan kalau kau keluar dari kamarku?!”
Dia benar-benar menggodaku, aishh namja ini, “biarkan saja. Aku akan adukan semua perbuatan mesummu pada noona-mu! Ya! Lepaskan aku, bodoh!”
“Kau ini keras kepala sekali. Diam disini sejenak aku akan mengobati hidungmu dan errr…. bibirmu itu.” Aku menyentuh ujung bibirku yang terasa seperti ada sesuatu yang keluar, dan benar saja setelah aku lihat tanganku ada sedikit bercak darah.
“APA YANG KAU LAKUKAN?! KENAPA BIBIRKU BERDARAH?!”
“Aishh… jangan teriak-teriak! Aku tidak tahu! Itu ulahmu yang menggigit bibirmu sendiri sewaktu aku menutup mulutmu! Siapa suruh tidak bisa diam! Atau mau aku tambahkan diujung bibir satunya?!” Dia menyeringai.
BUG. Aku meninjunya dengan bantal yang membuatnya terjungkal jatuh dari kasur.
Ðia berteriak, “YAKKK!!!”
~*~*~*~~*~*~*~*~*~*~*~*~*
Aku terbangun dengan selimut yang menutupi wajahku, pantas saja pengap. Aku melirik jam dimeja disebelah tempat tidurku yang menunjukan pukul 8 pagi. Sudah cukup lumayan siang dari waktu biasanya aku bangun dan tidak biasanya rumah ini sepi, padahal ini hari libur.
Ya. ini hari libur. Dan aku sedang malas menginap di dorm. Mengingat kejadian menjengkelkan itu. Setiap bertemu dengannya membuat wajahku merah, entah karena geram atau… malu.
Aku meraba relung leherku, memainkan kalungku, kebiasaanku setiap bangun tidur.
Eh?
Kenapa aku tidak merasakan sesuatu yang menggantung dileherku?
Aku langsung beranjak dari tempat tidur begitu aku menyadari kalungku hilang.Aku mencarinya ditempat tidur, melempar bantal-bantal, seprai, dan selimut tapi kalung itu tidak ada disana.
“Hee Suk-ah! Kau melihat kalungku tidak? Yang berbandul Huruf ‘H’?” Tanyaku pada Hee Suk—anak bibiku—yang sedang menonton tv sambil mengelus kucingnya.
“Tidak, aku tidak menemukannya, noona. Kau sudah mencarinya dikamarmu?”
“Aku sudah mencarinya disemua sudut tapi tidak ada.” Aku sudah mencarinya sampai kekamar mandi, dapur, dan ruangan lainnya dirumah ini yang jarang aku datangi.
“Mungkin jatuh dihalaman luar, ayo kita cari.” Tawarnya.
“Tidak perlu,” tolakku cepat. Tidak mungkin jatuh dihalaman. “Tidak mungkin jatuh diluar, emm bibi mana? Mungkin dia menemukannya.”
“Ibu? Ibu sedang berbelanja. Mungkin sebentar lagi dia pulang.” Jawabnya.
“Oh yasudah.” Aku hendak beranjak kekamarku ketika Hee Suk memanggil.
“Noona, aku bisa membantumu mencarinya. Aku sedang tidak ada kerjaan.” Tawarnya.
Aku tersenyum, “tidak perlu, mungkin aku lupa meninggalkannya disuatu tempat.” Tolakku halus.
“Ya sudah, bagus deh. Semoga ketemu ya noona~.” Katanya cengengesan.
Errr… anak ini.
***
“Bibi, apa kau menemukan kalungku?” Aku langsung bertanya pada bibi begitu dia pulang sambil membawa belanjaan.
“Kalung, kalung yang mana?”
“Kalung yang berbandul huruf ‘H’—,”
“Oh, kalung yang itu,”
“Iya! Apa bibi menemukannya?” Tanyaku antusias.
“Ternyata itu kalungmu, aku memang menemukannya tadi pagi didepan pintu masuk, tapi…” Bibi menggantungkan kalimatnya, “tapi aku sudah menjualnya tadi dipasar, karena ada penjual perhiasan disana yang sangat tertarik dengan kalung itu.”
Aku lemas seketika, “bagaimana bisa?! Ke—kenapa bibi menjualnya? Itu kalung peninggalan ibuku satu-satunya, bi!” Suaraku mulai meninggi dan mataku mulai basah.
“Eh? Maaf, aku tidak tahu kalau itu kalungmu, sungguh.” Ucapnya yang hanya sedikit sekali kelihatan menyesal.
Aku mengguncang-guncang bahunya pelan, “kalung itu sangat berharga untukku, bi. Kenapa bibi langsung menjualnya?!” desakku..
“Aku kan sudah bilang, aku tidak tahu kalau itu kalungmu!” Suaranya meninggi, “ya sudah, ini uang hasil penjualan kalung itu. Ambil saja.”
“Aku tidak butuh uang itu! Aku hanya ingin kalung itu kembali! Kenapa bibi begitu tega?!” Aku mulai menangis sambil mengguncang bahunya.
“Ya! Lepaskan bibi Hyu Ri-ya! Maafkan bibi.”
“Kenapa bibi tega sekali…” Aku sesunggukan.
Karena aku tidak melepaskan guncangan dibahu bibi, tiba-tiba saja tangannya melayang cepat kearahku, awalnya kukira dia ingin menamparku tapi, “kau ini keras kepala sekali! Bibi kan sudah minta maaf!” Bibi menjewer telinga kananku, aku semakin sesunggukan saja dibuatnya.
“Yang aku inginkan hanya kalung itu!!!” Sungutku sambil melepas jeweran bibi ditelingaku dan segera beranjak masuk kekamarku, mengambil tasku lalu langsung pergi keluar.
“YA! Hyu Ri-ya! Kau mau kemana?!” Teriak bibi dari dalam rumah begitu aku sampai dipagar.
Aku mengacuhkannya.
“Aku akan mengadukannya pada ayahmu kalau kau bertindak bodoh!” Teriaknya lagi dan tetap kuacuhkan sambil membanting pagar.
~*~*~*~*~*~
Sudut Pandang Author
Hyu Ri memencet bel dengan tidak sabar. Amarahnya sudah sedikit menguap selama perjalanan tadi, tapi tetap saja dia masih kesal dengan bibinya. Hyu Ri tidak tahu kemana dia akan pergi begitu keluar dari rumah, tidak mungkin kerumah In Young, dia bisa bangkrut kalau harus naik taksi ke Incheon. Alih-alih kerumah In Young dia lebih memilih untuk menenangkan diri sejenak di bangunan ini.
Pintu terbuka setelah beberapa saat, “eh kau ternyata. Kenapa tidak langsung masuk saja? Kau kan tahu passsword—,“ Hyuk Jae tidak melanjutkan kata-katanya karena Hyu Ri langsung menerobos masuk.
‘Kenapa dengan gadis itu?’ Pikir Hyuk Jae bingung.
Hyu Ri langsung melesak kedapur dan menjumpai Dong Hae yang sedang sarapan, “hey cantik, kenapa tadi malam tidak menginap disini? Ini kan weekend.” Rayunya dengan mulut masih penuh dengan makanan.
“Aishhh… dasar kau perayu ulung!” Kata Hyu Ri.
Hyuk Jae yang duduk diruang tamu mencibirkan bibir mendengar percakapan mereka.
“Omo… Kau habis menangis? Kenapa matamu memerah?!” Tanya Dong Hae begitu melihat wajah Hyu Ri lebih jelas.
Seperti diingatkan lagi dengan kejadian beberapa saat yang lalu, Hyu Ri langsung membenamkan wajahnya dimeja dan melanjutkan tangisnya yang tadi sempat tertunda diperjalanan.
“Ya~ kau kenapa Hyu Ri?” Dong Hae menundukkan wajahnya mencoba melihat wajah Hyu Ri.
“*&#$%^@#!%&^*#” Jawab Hyu Ri tidak jelas disela-sela tangisnya.
“Errr… Aku tidak mengerti perkataanmu. Kau bisa menceritakan masalahmu padaku, aku akan mendengarkan.” Dong Hae mengusap bahu Hyu Ri lembut.
Hyuk Jae yang sedari tadi menonton naruto diruang tamu semakin mencibirkan bibirnya saja melihat dan mendengar percakapan Dong Hae dan Hyu Ri yang memang tidak sengaja terdengar olehnya. Hyuk Jae memang tidak sengaja mendengar, tapi karena dia kepo, alih-alih mengabaikan dia malah melihat apa yang sedang terjadi. Kartun Naruto jadi tidak menarik perhatiannya lagi karena indranya sibuk memerhatikan mereka.
“Kau kenapa hyeong?” Kyu Hyun yang baru keluar dari kamar mandi bingung melihat wajah Hyuk Jae yang sudah seperti ingin memakan bayi.
“Kau ini mandi lama sekali sih?! Yang ingin mandi bukan hanya kau, tahu!” Sungut Hyuk Jae kesal. Dia segera beranjak kekamar mandi yang melewati tempat Dong Hae dan Hyu Ri berada.
Kyu Hyun mengangkat bahu heran melihat Hyuk Jae yang marah-marah.
“Eh, kenapa dengan Hyu Ri, hyeong?” Tanya Kyu Hyun pada Dong Hae saat Hyuk Jae menutup pintu kamar mandi dengan kekuatan angin. BRAAAAKKK!!!
“Dan kenapa lagi dengan Eun Hyuk hyeong?” Tanya Kyu Hyun lagi heran.
~*~*~*~*~*~
Dong Hae mengajak Hyu Ri kebalkon untuk menenangkan perasaan gadis itu. Dan Hyu Ri yang sudah reda dengan tangisnya, menceritakan masalahnya kepada Dong Hae.
“Oh, jadi begitu. Sudahlah jangan berburuk sangka dengan bibimu, mungkin dia memang benar-benar tidak tahu.” Ujar Dong Hae.
“Tapi tetap saja, kalung itu sangat berharga untukku!”
“Iya, aku tahu dan aku turut prihatin. Sudahlah jangan menagis lagi” Dong Hae memasangkan hoodie sweater Hyu Ri lalu mengajaknya masuk.
Hyuk Jae yang baru keluar kamar langsung menyaksikan adegan Dong Hae dan Hyu Ri yang sedang pasang-memasang hoodie. Mood-nya seketika berubah. ‘Apa gadis-gadis harus selalu dirayu terlebih dahulu baru bisa mencurahkan apa yang ada dibenaknya, huh?’ Pikirnya
“Hyeong, ada Yeon Jung diluar. Dia mencarimu.” Ryeo Wook datang menghampiri Hyuk Jae.
Hyuk Jae menatap Ryeo Wook malas, “bilang saja aku sudah mati.” Jawabnya acuh.
“Tapi dia—“
Hyuk Jae melotot, “apa?”
Mengetahui ada bahaya yang mengancam, Ryeo Wook langsung mundur perlahan, “baiklah aku akan sampaikan pada Yeon Jung.”
~*~*~*~~*~*~*~
Beberapa hari kemudian…
Entah kenapa Hyu Ri merasa aneh pada sikap Hyuk Jae belakangan ini. Hyuk Jae memang aneh, tapi anehnya Ia sekarang berbeda dengan keanehannya yang biasa. Hyuk Jae selalu punya bahan ledekan untuknya disaat seperti apapun mereka bertemu, tapi belakangan ini Hyuk Jae sangat sensitif. Sikapnya dingin ketika mereka berpapasan, bahkan saat Hyu Ri berbicara padanya dia hanya menjawab singkat tanpa memandang wajahnya.
“Bibirmu kenapa sih? Sejak kemarin sepertinya naik beberapa centi.” Kata Dong Hae saat mereka selesai makan malam. Dong Hae menyadari belakangan ini Hyuk Jae selalu cemberut dan Dong Hae tahu apa penyebabnya, dia hanya memancing temannya Itu untuk curhat.
Hyuk Jae mencibir, “mau tahu sekali kau…”
Dong Hae membalas cibirannya lebih sengit.
“Mana Hyu Ri?” Tanya Hyuk Jae. Dia kesal karena merasa diacuhkan oleh Hyu Ri. Dia merasa Hyu Ri tidak menyadari akibat mood-nya berubah seperti ini.’Apa dia tidak sadar atau memang tidak peduli?!’ Pikirnya.
“mau tahu sekali kau…” Balas Dong Hae, dan itu semakin membuat Hyuk Jae jengkel.
“Huh dasar Ikan Tengik!” Hyuk Jae melemparkan kacang pada Dong Hae.
“Kau Monyet Tengik!” Dong Hae membalas lemparannya.
“Kau lebih Tengik!”
“Kau!”
Aksi lempar-melempar kacang semakin sengit ketika Ryeo Wook berkata, “YAK hyeong!!! jangan membuang-buang makanan!”
“Huh!” Hyuk Jae berhenti lebih dulu dengan aksinya dan beranjak pergi kearah kamar mandi.
***
Hyu Ri baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat Hyuk Jae berjalan kearahnya. Ia buru-buru menghindar karena melihat raut wajah Hyuk Jae yang seperti ingin membunuh. Hyuk Jae melewatinya tanpa menatap wajahnya dan seketika sebuah tangan menariknya masuk kembali kekamar mandi.
BRAAAKK!!! Pintu kamar mandi terbanting menutup dengan dua orang didalamnya.
“YAK!!! Apa yang dilakukan Eun Hyuk hyeong dengan Hyu Ri didalam kamar mandi?!” Kyu Hyun yang sedari tadi sedang konsentrasi dengan santapan makan malamnya tersentak kaget.
“Ini berbahaya aku harus menelepon Yesung hyeong, ahhh ani, aku akan langsung memberi tahu Leeteuk hyeong.” Ryeo Wook sama kagetnya.
“Tunggu, kita lihat dulu apa yang terjadi.” Cegah Dong Hae.
“Kau ini bagaimana hyeong? Kalau Eun Hyuk hyeong bertindak yang tid—”
Dong Hae memotong ucapan Ryeo Wook. “Dia tidak mungkin seperti itu. Eun Hyuk sedang menuntaskan kecemburuannya.” Katanya tersenyum.
“Cemburu?” Kata mereka berdua bingung.
“Aishhh… kalian ini memang tidak peka!”
“Kau saja yang terlalu peka seperti yeoja, hyeong!” Kata Kyu Hyun.
Dong Hae melemparnya dengan kacang—lagi. Sebelum Kyu Hyun balas melempar, Wookie mencegahnya, “kalian ini senang sekali membuang-buang makanan,huh!”
***
Hyu Ri mencoba melepaskan cengkraman Hyuk Jae ditangannya, “kau ini kenapa, sih?!”
“Kau yang kenapa?!” Balas Hyuk Jae.
“Kenapa kau malah balik bertanya?! Jelas-jelas kau yang menarikku kesini!”
“Kenapa kau mengacuhkanku?!” Tanya Hyuk Jae.
Hyu Ri mengerutkan kening, bingung, “mengacuhkan?! Bukannya kau yang mengacuhkanku?!”
“Aku tidak mengacuhkanmu.”
“Lalu kenapa kau selalu membuang muka ketika aku bertanya padamu?!”
“Aku tidak membuang muka.”
”Aishh…terserah! Lepaskan tanganku aku mau keluar!”
“Aku belum selesai bicara padamu!” Hyuk Jae tetap tidak melepaskan cengkramannya.
“Memangnya apa yang harus dibicarakan?”
Hyuk Jae terlihat jengah, kata-kata dan perasaan yang mengganjal dibenaknya yang sedari tadi ingin ia keluarkan mendadak sulit. Dan akhirnya pun dia menyerah, “aishhh… beberapa hari yang lalu kau kenapa menangis? Kenapa kau mau saja dirayu oleh Dong Hae? Kenapa kau hanya bercerita tentang masalahmu hanya kepada Dong Hae? Kenapa kau tidak menceritakan masalahmu padaku juga? Apa gadis-gadis harus dirayu seperti itu dulu baru mereka akan mencurahkan semua yang ada dibenaknya, huh?!”
Hyu Ri menatapnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Hyuk Jae lega karena berhasil mengeluarkan isi benaknya. Tapi, melihat tatapan Hyu Ri yang sulit ditebak, dia merasa sedikit menyesal dan…canggung.
“Terlalu banyak pertanyaan yang kau lontarkan, yang mana yang harus aku jawab?” Tanya Hyu Ri. Hyu Ri merasa bingung dengan sikap Hyuk Jae sekarang, beberapa saat yang lalu laki-laki ini mengacuhkannya, dan sekarang Hyuk Jae langsung mengintrogasinya seperti ini. Apa karena hal ini yang membuat Hyuk Jae uring-uringan dan bersikap menyebalkan belakangan ini? ‘Tidak mungkin, memangnya aku ini siapa yang sampai mempengaruhi mood-nya? Kau jangan berbesar hati Hyu Ri-ya!’ Pikir Hyuri.
Hyuk Jae menghela nafas, “jawab saja dan jelaskan semuanya. Aku akan mendengarkan.”
“Kenapa aku harus menjelaskannya padamu?” Tanya Hyu Ri.
“Karena… Karena… Ya pokoknya karena aku perlu tahu.” Hyuk Jae salah tingkah. “Aishhh…baiklah. ini hanya menuntaskan rasa penasaranku. Kenapa kau hanya menceritakan masalahmu pada Dong Hae?” Tanya Hyuk Jae melunak sambil menatap Hyu Ri lurus.
Hyu Ri yang ditatap seperti ini menjadi salah tingkah, “aku tidak hanya menceritakannya pada Dong Hae, aku juga bercerita pada Wookie, dan mungkin dia juga sudah bercerita pada Yesung, dan Kyu Hyun sepertinya juga tahu. Lagipula aku sudah melupakan masalahku itu, dan sekarang kau malah mengungkitnya lagi.”
“Kenapa kau tidak bercerita padaku?” Tuntut Hyuk jae.
“Kau tidak menanyakannya.” Balas Hyu Ri singkat.
“Jadi kalau aku bertanya kau akan menceritakannya?”
Hyu Ri mengangkat bahu, “mungkin.”
“Kau tahu, kau bisa mempercayaiku dan menceritakan masalahmu padaku. Aku akan mendengarkan juga.” Hyuk Jae menatapnya lekat, yang membuat Hyu Ri salah tingkah. Dan dari tatapannya Hyuk Jae terlihat tulus.
Hyu Ri berdeham, mencoba menghilangkan kegugupannya, “baiklah. Aku ingin keluar sekarang, apa kita harus membicarakannya ditempat ini?”
Sebelum Hyuk Jae menjawab, Hyu Ri sudah melesat keluar. “Yak! Kau bahkan belum menceritakan masalahmu!” Teriaknya dari dalam. Dia ingin keluar menyusul Hyu Ri, tapi untuk menghilangkan kegugupannya, dia memilih berdiam diri dikamar mandi sejenak. “Kenapa aku gugup seperti ini?” Tanyanya pada diri sendiri.
***
“Apa yang kalian lakukan berdua didalam?” Ledek Dong Hae sambil menaik-naikan alis matanya.
“MWO?! Memangnya kau berdua bersama siapa, Hyu Ri?” Tanya Leeteuk kaget.
“Tidak seperti yang kalian pikirkan, Hyuk Jae hanya perlu membicarakan sesuatu.” Jawab Hyu Ri salah tingkah.
“Bicara apa? Apa kami boleh tahu?” Tanya Kyu Hyun meledek.
“Aishhh… Kyu, kau ini kepo sekali.” Balas Ryeo Wook.
“Ahhh sudahlah, sepertinya kita memang tidak boleh tahu.” Kata Leeteuk setelah dibisik-bisiki oleh Dong Hae. “Eh, Hyu Ri, sebelum kau pulang bisakah kau ke supermarket sebentar?”
“Baiklah…”
***
“Mana Hyu Ri?” Tanya Hyuk Jae begitu keluar dari kamar mandi dan melihat setengah member sedang berkumpul di dorm.
“Kasih tau tidak yaaa…” Ledek Dong Hae yang diikuti cengiran dari member lainnya.
“Aishhh…jinja” Hyuk Jae menggumam. ‘Apa dia sudah pulang?’ Pikirnya.
Dia hendak menuju pintu dorm ketika Leader berkata: “Ya~ Eun Hyuk-ah, kau ingat kan janjimu kemarin kalau kau akan mentraktirku tteokbokki?” Tagihnya.
‘Sial, kenapa Leader tua ini mengingatnya?’ Pikir Hyuk Jae. “Aishhh…baiklah. tapi dimana Hyu Ri?” Tanyanya tidak sabar.
“Aku baru saja menyuruhnya ke supermarket.”
Tanpa berkata apa-apa lagi, Hyuk Jae langsung keluar dorm sambil membanting pintu, “jangan lupa tteokbokki-nya!” teriak Leeteuk.
“Untuk 6 orang!!!” Tambah Kyu Hyun.
“BERISIK!!!” Sungutnya sebal.
***
“Hyu Ri!!!” Hyu Ri mendengar seseorang tergesa-gesa memanggilnya dilorong apartemen.
“Wae?” Tanyanya begitu Hyuk Jae berhasil menghampirinya.
Mereka berhenti didepan pintu lift.
“Kau belum menceritakan masalahmu padaku.” Kata Hyuk Jae.
Pintu lift terbuka sebelum Hyu Ri menjawab.
“Oppa!” Panggil seseorang didalam lift. Yeon Jung langsung menghampiri Hyuk Jae dan menggandeng lengannya. “Kau mau kemana, oppa?” Tanyanya lembut.
“Aku ingin ke kedai Tteokbokki, kau sendiri?”
Hyu Ri yang merasa diacuhkan langsung masuk dan meninggalkan mereka berdua didepan lift. ‘Dia bahkan lupa kalau aku berdiri disisinya, huh.’ Pikirnya.
***
Hyu Ri berjalan ke supermarket dengan perasaan seperti ada orang yang mengikutinya beberapa langkah dibelakang. Dia memelankan langkah, dan langkah dibelakangnya pun ikut memelan. Dia mempercepat langkahnya dan begitu juga dengan langkah seseorang dibelakangnya.
Hyu Ri yang sedang berjalan cepat menghentikan langkahnya tiba-tiba dan seseorang Itu menabrak punggungnya. “Ya~ kenapa kau tiba-tiba berhenti?” Tanya sebuah Suara.
“Aishhh… apa yang kau lakukan sih? Kau seperti penguntit!” Kata Hyu Ri dengan perasaan lega setelah tahu kalau seseorang itu adalah Hyuk Jae.
“Kau tadi kenapa meninggalkanku di lift? Aku belum selesai bicara padamu!”
“Memangnya untuk apa aku menunggumu tadi?”
Hyuk Jae bingung hendak menjawab apa, “Ya! kau mau kemana?” Tanyanya begitu menyadari Hyu Ri berjalan kearah lain.
“Mau ke supermarket, tentu saja.”
“Tapi aku mau ke kedai Tteokbokki!” Tuntut Hyuk Jae.
“Lalu?”
“Kau harus menemaniku dulu, ayo!” Hyuk Jae menarik hoodie sweater Hyu Ri.
“Yayaya! Lepaskan aku! Kau kan bisa pergi sendiri!” Hyu Ri meronta berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang berjalan mundur karena hoodie sweater-nya ditarik oleh Hyuk Jae.
“Tidak bisa! Nanti aku diculik!” sergahnya keras kepala.
~*~*~*~*~
“Jadi, ayo ceritakan!” Pinta Hyuk Jae.
Mereka sekarang sedang berjalan bersisian setelah pulang dari supermarket dan kedai Tteokbokki.
“Kau kan bisa bertanya pada Dong Hae, dia tahu semuanya.”
Hyuk jae berhenti memakan es krim rasa pisangnya, ‘Dong Hae lagi, kenapa anak itu tahu segalanya sih?!’ pikirnya sebal. “Aku ingin mendengarnya langsung darimu!”
Hyu Ri meliriknya menyerah. Akhirnya dia menceritakannya pada laki-laki yang berjalan disisinya.
“Oh jadi begitu.” Gumam Hyuk Jae sambil terus memakan es krim pisangnya. “Kau seharusnya membiarkanku memiliki kalung itu sewaktu aku mengambilnya saat konser. Setidaknya kalau begitu, kalung itu masih aman dileherku sampai sekarang.”
“Enak saja! Kalung itu pemberian ibuku! Tidak mungkin aku biarkan orang lain memilikinya.”
Hyuk Jae bergumam, “mungkin kita bisa mencarinya nanti. Kalung itu mungkin masih ada dipenjual perhiasan tempat bibimu menjualnya.”
Entah kenapa, Hyu Ri bersemu mendengar kata ‘kita’ yang dilontarkan Hyuk Jae. Dia meremas bajunya kencang, kebiasaan yang dilakukannya saat dia sedang gugup.
“Bagaimana?” Tanya Hyuk Jae lagi karena tidak mendapat respon dari Hyu Ri.
“Eh, aku sudah mencarinya kemarin, tapi ternyata kalung itu sudah tidak ada.”
“Sayang sekali kalau begitu, aku turut prihatin.” Respon Hyuk Jae sambil terus memakan es krimnya.
Hyu Ri menatapnya sebal, ‘mana ada orang prihatin dengan ekspresi seperti itu?’ pikirnya.
Hyuk Jae membuang bungkus es krimnya ke tempat sampah dijalan, “Whoa, sweater-mu bagus sekali, kapan-kapan aku pinjam ya?” dia memasangkan hoodie sweater ke kepala Hyu Ri.
“Ya! Jangan melapkan tanganmu yang kotor ke swater-ku!!!Dasar jorok!” Sungut Hyu Ri begitu tahu perbuatan licik Hyuk Jae.
~~~
“Jadi kau tidak marah lagi?” Tanya Hyu Ri begitu mereka sampai di pagar apartemen dan berjalan masuk lewat parkiran—karena pintu masuk utama pasti ada para penggemar.
“Memang siapa yang marah?”
“Lalu kenapa kau tadi menarikku kekamar mandi dan marah-marah?”
“Aku tidak marah-marah, hanya…” Hyuk Jae bingung menjelaskan perasaannya tadi. ‘hanya apa ya?’ batinnya.
“Hanya apa?”Hyu Ri tersenyum melihat Hyuk jae bingung melanjutkan kalimatnya, ‘kenapa aku tersenyum? Aishhh…bodoh.’ pikirnya.
“Sudah lupakan saja, tidak penting.” Sahut Hyuk Jae cuek karena tidak menemukan kata yang pas untuk menggambarkan perasaannya tadi.
Hyu Ri mencibirkan bibir mendengar jawabannya.
~*~*~*~
“Apa yang kau inginkan dariku, oppa?” Gadis Itu ketakutan karena laki-laki dihadapannya mendesaknya ketembok.
Laki-laki yang memakai coat hitam itu tersenyum mengejek, “aku sudah berulang kali bilang padamu kalau aku masih mencintaimu. Kenapa kau mengacuhkanku, huh?”
“Tapi, aku tidak mencintaimu! Jangan memaksaku!” Teriak wanita itu. Posisinya yang dipojokkan ketembok ini membuatnya sulit menghindar.
Laki-laki itu menghembuskan nafas gusar, “kalau dia tidak ada, apa kau akan kembali padaku, Yeon Jung-ah?”
“Jangan membawanya ke masalah ini! Kalau aku mencintainya itu bukan salahnya!”
“Itu salahnya karena dia membuatmu mencintainya!” Geram laki-laki itu.
Yeon Jung gemetar ketakutan, “kenapa kau berubah seperti ini, Woo Sun oppa?” Yeon Jung tercengang melihat sikap laki-laki didepannya ini, ‘dulu kau tidak seperti ini, oppa.’ Pirkirnya.
“Ini akibat perasaanku yang besar untukmu!” Kata laki-laki yang dipanggil Woo Sun itu.
Tiba-tiba saja sebuah tangan mencengkram bahu Woo Sun dan mendorongnya hingga terjatuh kebelakang, melepaskan Yeon Jung yang didesaknya ke tembok.
“Kau tidak apa-apa, Yeon Jung-ah?” Kata Hyuk Jae berusaha menenangkan Yeon Jung.
Yeon Jung terisak dan memeluk leher Hyuk Jae, “aku takut sekali, oppa.”
“Kau , jangan ikut campur lagi kedalam masalahku!” Teriak Woo Sun bangkit dan segera menghampiri Hyuk Jae.
Hyuk Jae melepaskan pelukan Yeon Jung dan berusaha menghindar, tapi laki-laki itu berhasil meninju rahangnya.
Hyu Ri yang kaget melihat kejadian didepannya tidak bisa berbuat apa-apa. Sebelumnya dia dan Hyuk Jae sedang berjalan masuk lewat parkiran lalu mereka melihat sosok laki-laki yang sedang mendesak seorang perempuan.
Hyuk Jae jatuh tersungkur, Hyu Ri berniat menghampirinya tapi Yeon Jung sudah menolongnya lebih dulu.
Hyuk Jae bangkit dan memukul laki-laki didepannya itu sampai terjatuh didekat Hyu Ri, melihat laki-laki itu didekatnya segera bangun, Hyu Ri mengayunkan kantong belanjaanya yang dipenuhi botol-botol minuman ke wajah laki-laki itu. ‘Pasti sakit, kan?’ batinnya puas.
Woo Sun mengaduh memegangi wajahnya dan segera bangkit lagi, dia mendorong Hyu Ri sampai tersungkur dan berniat menghampirinya saat Hyuk Jae mencegahnya, “Apa yang kau lakukan, bodoh?! Cepat masuk ke dorm!” bentak Hyuk Jae pada Hyu Ri yang jatuh terduduk dibelakangnya.
Hyu Ri mematung mendengar suara kasar itu. Dia hanya ingin menolong, tapi malah mendapat respon kasar seperti itu.
Hyuk Jae mendorong Woo Sun menjauh ketika beberapa petugas keamanan bersama Yeon Jung datang menghampiri mereka.
“Kau belum selesai berurusan denganku, Lee Hyuk jae-ssi.” Ancam laki-laki itu dingin. Dan langsung berlari keluar tempat parkir beserta petugas keamanan yang mengejarnya.
Sejenak, Hyuk Jae merasakan deja vu mendengar suara laki-laki itu. ‘Seperti aku pernah mendengar suara itu sebelumnya.’ Batin Hyuk Jae.
~~~
Hyu Ri tergesa-gesa memasuki dorm dan membanting pintu dorm menutup. Perasaannya kesal dan kacau. Dia berusaha menahan air matanya yang mendesak keluar. ‘Bodoh, untuk apa aku menangis?!’ batinnya.
Para member kaget mendengar hempasan pintu itu, ”ada apa lagi, sih? Tadi Hyuk Jae yang membanting pintu, sekarang kau! Lama-lama apartemen ini bisa rubuh!” Omel Leeteuk begitu melihat Hyu Ri masuk.
Dong Hae heran melihat Hyu Ri datang dengan keadaan berkeringat dan matanya yang basah.
“Ini,” Hyu Ri memberikan belanjaannya kepada Leeteuk. “Aku pamit pulang dulu, annyeonghikaseo.”
“Eh, tapi mana Eun Hyuk?” Tanya Leeteuk, tapi Hyu Ri tidak menjawabnya dan langsung keluar.
~~~
Hyu Ri berjalan disepanjang lorong apartemen, dan tiba-tiba Hyuk Jae datang sambil memapah Yeon Jung.
Hyu Ri berusaha agar tak menarik perhatian, lalu Hyuk Jae dan Yeon Jung lewat begitu saja.
‘Dia bahkan tak melihatku.’ Batin Hyu Ri.
***
Hyuk Jae masuk keapartemen sambil memapah Yeon Jung, “ada apa dengan Yeon Jung?” Tanya Ryeo Wook.
Hyuk Jae menceritakan kejadian tadi dengan Yeon Jung yang menyandar di bahunya.
‘Sepertinya aku tahu apa yang terjadi dengan Hyu Ri.’ Batin Dong Hae setelah mendengar cerita Eun Hyuk.
Gimana chapter 7-nya? ini aku bikin ngebut sengebut-ngebutnya orang ngebut. bikin posternya aja sambil sungkem pas lebaran. liat kan tanggal posternya dibuat? okesip. Jadi menurut kalian lebih enak sudut pandang author kaya diatas atau sudut pandang masing-masing tokoh kaya biasa? oh iya kalau suatu saat aku memprotek chapter selanjutnya, aku cuma mau kasih password sama readers aku yang bersedia memberi saran dan komentar aja hehehehehe
Thank you for waiting!
RCL~ as always