Title : H for Hyuk Jae or H for Hyu Ri?!
Chapter 4 : FEELING GUILTY
Author : KARINPUT
Main cast : Lee Hyuk Jae, Han Hyu Ri, Im Yeon Jung and the new one.
Minor Cast : Cho In Young, Super Junior Members.
Genre : romance, comedy.
Rating : PG17
PREVIOUS
Aku mengambil tasku dan tas laptopku dimeja belajar yang ada dikamar itu. “Hari ini kau selamat monyet jelek! Tapi, kalau kembaranmu berbuat ulah padaku lagi, aku tidak segan-segan mengoyak isi dibalik hoodie yang kau pakai itu!” Aku mengancam boneka monyet itu yang aku sendiripun tahu tidak akan berpengaruh apa-apa pada boneka itu. “Ya! Jangan menatapku seperti itu! Kau Itu jelek, tahu!” Kataku lagi pada boneka monyet itu sebelum aku keluar dari pintu kamarku.
~*~*~*~*
Sudut Pandang Han Hyu Ri
“Jadi, kau benar-benar harus pindah dari sini?” Aku menghembuskan nafas pelan. “Ayahmu mudah sekali terpengaruh pada lingkungan disekelilingnya.” Aku meniup-niup poniku gemas.
“Maafkan aku, sejujurnya aku juga tidak mau pindah dari sini, tapi aku tidak tega kalau menolak permintaan ayahku, bahkan dia sampai memohon seperti itu.” In Young menunduk tampak merasa bersalah.
“Eiii~ kau tidak perlu merasa bersalah begitu, tenang saja, aku mengerti. Ayahmu hanya mengkhawatirkanmu saja. Sama seperti ayahku, kau tahu sendiri kan,bagaimana ayahku.”
In Young terpaksa harus pindah dari flat yang kami sewa bersama karena ayahnya mengkhawatirkan In Young yang hidup jauh darinya. In Young bercerita, Im Joo Yoon, anak perempuan dari teman ayahnya, hamil diluar nikah. Hal itu sontak membuat ayah In Young kaget dan langsung menelepon In Young agar pulang kerumah mereka di daerah Incheon. Beliau khawatir anak perempuannya itu terkena kasus yang sama seperti anak kerabatnya. Sebagai seorang ayah, wajar saja kalau ayah In Young bersikap seperti itu. Ayah mana yang tidak mengkhawatirkan putrinya yang sudah lepas dari status remaja tanggung.
Aku memakan biskuit pandaku yang terletak dimeja, “Yasudah, kapan kau akan pindah?” tanyaku sambil mengunyah.
Dia ikut mencomot biskuit pandaku, “Lusa, besok aku akan membereskan barang-barangku.” ujarnya sambil mengunyah mengkhayati biskuit kesayanganku.
“Oke, besok aku akan membantumu membereskan barangmu.”
Dia mencomot biskuit pandaku lagi. “Tidak perlu, kau kuliah saja dan pergi ke Dormitory itu.” Dia menghembuskan nafas pelan. “Padahal kau belum sempat mengajakku berkunjung kesana, tapi aku sudah harus pindah.”
“Bicaramu ini seakan-akan kau tidak akan menemuiku lagi.” Cibirku.
Dia mencomot biskuit pandaku lagi, sudah tiga biskuit yang berhasil aku hitung. “Eh, bukan begitu maksudku. Tentu saja aku akan kembali lagi kesini jika aku berhasil membujuk dan meyakinkan ayahku untuk hidup mandiri lagi.” Dia mengambil susu cokelatnya dan meminumnya, “Lagipula, aku tetap kuliah di universitasku, kok. Dan tentu saja aku juga tidak berhenti bekerja di restoran, aku malas harus mencari universitas dan pekerjaan baru di Incheon. Ayahku berjanji akan mengantar-jemputku ketempat kuliah dan restoran, yaaa… walaupun waktu perjalanannya jadi bertambah 20 sampai 30 menit.” jelasnya panjang lebar.
Aku bergumam setuju, “Okelah kalau begitu.”
“Kau tidak perlu mengembalikan uangku untuk menggati uang sewa flat ini yang sudah kita lunasi untuk satu bulan kedepan. Anggap saja itu sebagai permintaan maafku yang pindah tiba-tiba.” Katanya dengan senyum berpura-pura simpati.
“Mwo? Memang sudah seharusnya begitu! Aku juga tidak berniat mengembalikan uangmu. Lagipula bukan hanya uangmu saja yang dipakai untuk membayar flat ini selama satu bulan kedepan, disitu juga ada uangku, huh.” Sungutku.
Dia terkikik, “Aku hanya bercanda, pabo.” dia menoyor kepalaku kebelakang dan beranjak kedapur.
“YA!”
~*~*~*~*~
Keesokan harinya di dorm sebelum aku berangkat kuliahku di siang hari…
“Ryeo Wook-ah… hmmm besok aku tidak bisa datang ke dorm. Aku ingin membantu temanku yang pindah kerumah orangtuanya.” Kataku. Aku berbicara padanya karena disini hanya dia yang masih bisa berpikir jernih selain kedua orang itu.
Disofa hanya ada kami berempat. Aku, Hyuk Jae yang sedang bermain dengan Chocho, dan Ryeo Wook dan Dong Hae yang sedang menonton drama. Sementara member lainnya sudah lebih dulu pergi melaksanakan jadwal mereka.
“Yasudah pergi saja, tidak ada yang bertanya padamu, tuh.” Aku meliriknya yang sedang bermain dengan Chocho. Dia itu berbicara dengan siapa barusan? Aku atau anjing cokelatnya itu?!
“Aku bicara pada Ryeo Wook, bukan denganmu.” Sungutku sebal setelah memastikan kalau dia yang berbicara padaku.
Dia mencibirkan bibirnya padaku dan kembali memotret-motret Chocho yang sepertinya jengah diperlakukan seperti itu oleh majikannya.
Ryeo Wook mengalihkan pandangannya dari televisi, “Ne, baiklah. Kau pergi saja Hyu Ri-ya, nanti aku bilang pada member lainnya kalau kau tidak bisa datang besok. Mereka pasti tidak ada yang keberatan.” dia tersenyum lalu kembali menonton dramanya.
“Siapa bilang tidak ada yang keberatan?!” Hyuk Jae mengalihkan kesibukannya memotret dan menatapku, “Besok kau harus membawa Chocho ketempat perawatan hewan.”
“Nanti saja kapan-kapan, besok aku tidak bisa.” Balasku malas. Baru minggu lalu aku dan Dong Hae membawa Chocho dan Bada ketempat perawatan hewan. Kenapa minggu ini aku harus membawanya lagi?! Membuang-buang waktuku saja.
“Pokoknya kau harus membawa Chocho besok!” Serunya keras kepala. Arggghh… kenapa dia selalu menyusahkanku, sih?!
Dong Hae melempar dua butir cemilan chococips-nya padaku dan Hyuk Jae, “Berisik!!! Kalian ini berisik sekali, sih! Aku jadi tidak bisa konsentrasi menonton drama!” dia kembali mengalihkan perhatiannya ke televisi. “Kau pergi saja Hyu Ri-ya, jangan perdulikan dia. Dia hanya mencari teman beradu mulut saja karena Chocho hanya bisa berguk-guk ria saja.” Ujarnya sambil tetap menatap lurus ke televisi.
“Ya!” Seru Hyuk Jae. Aku menjulurkan lidahku meledeknya.
“Aisshh… Lee Chocho cepat gigit mereka berdua!” Dia menunjukku dan Dong Hae. Anjing itu langsung berlari kearahku dan Dong Hae.
Aku mengangkat kakiku dari lantai menghindar dari Chocho, “Ya! Chocho, kalau kau berani menggigitku akan kupangkas semua bulumu!” ancamku pada anjing itu. Dan ajaibnya dia seperti mengerti apa yang kukatakan dan memilih menghampiri Dong Hae yang masih tidak sadar akan keselamatan dirinya.
“WAAAAAAAAAAAA!!! KENAPA KAU MENGGIGIT KELINGKINGKU ANJING GONDRONG?!” Dong Hae berteriak begitu Chocho menggigit kakinya. “YA!!! AWAS KAU LEE HYUK JAE!!!” Tudingnya pada Hyuk Jae.
Hyuk Jae segera berlari kekamarnya sebelum Dong Hae mengejarnya. Dia menjulurkan lidah padaku sebelum menutup pintu kamarnya. Benar-benar menyebalkan. Untung Chocho tidak menggigitku.
~*~*~*~*
Sudah sepekan lamanya In Young pindah dan sekarang aku tinggal sendirian di flat. Aku jadi tidak bisa melakukan kegiatanku yang biasanya kulakukan bersama In Young seperti menonton film horor, untuk menonton film horor, aku tidak berani melakukannya sendiri.
Di hari rabu sore seperti ini sepulang kuliah, aku kembali kegubuk keduaku selain flat, Domitory Super Junior. Semua pekerjaan yang harus kukerjakan sudah kuselesaikan, sekarang aku hanya bermalas-malasan didepan laptop sambil membaca fanfiction. Kalau dipikir-pikir, sudah seminggu lebih aku tidak membaca fanfiction karena tugas kuliahku yang minggu lalu menumpuk.
Aku sedang asik membaca fanfiction ketika kurasakan sesuatu menarik-narik rambutku. “Yaa~ Chocho, apa yang kau lakukan? Aku baru saja keramas kenapa kau menarik-narik rambutku dengan mulutmu?!” Ternyata Chocho yang menarik-narik rambutku dari atas sofa sementara aku duduk dilantai, “Aishh… Menjijikan! Sana kembali ke majikanmu! Anjing dan majikannya sama-sama usil, huh.” Anjing usil itu langsung berlari kearah kamar Hyuk Jae yang pintunya terbuka dimana majikannya sedang duduk dikasurnya lengkap dengan coat-nya. Sepertinya dia mau pergi, baguslah.
Dia mengangkat Chocho yang berlari kearahnya dan memangkunya, “Chocho, jangan mengganggu Yuri, nanti kau bisa direbus hidup-hidup.” dia terkekeh sambil mengelus-gelus anjingnya.
Huh, aku yakin sekali pasti dia yang menyuruh anjingnya untuk menggangguku, karena perbuatan usil menyuruh anjingnya mengganggu orang itu tidak mempan pada Kyu Hyun yang sedang serius bermain game dimeja makan.
Eh, tunggu… tadi dia memanggilku apa?!
“YA! Siapa yang kau maksud dengan Yuri?!” Seruku kesal.
“Memangnya tadi aku bilang apa?” Tanyanya pura-pura bodoh sambil tersenyum meremehkan
“Jangan pura-pura bodoh! Harus berapa kali aku memperingatimu?” Aku mendengus, “Sudah kubilang ratusan kali jangan memanggilku seperti itu, kenapa kau masih melakukannya?!”
“Seratus juta kali,” Ledeknya. “Jangan salahkan aku, salahkan mulutku kenapa tidak mau berhenti memanggilmu Yuri.” Dia terkekeh, “Lagipula, Yuri sepertinya lebih bagus daripada Hyu Ri. Iya kan, Chocho?” Lanjutnya berbicara pada anjingnya. Dia semakin membangkitkan amarahku.
“YA!!! Aku bukan lesbi! Aku seratus persen normal!!! “ Geramku kesal. Gemas sekali aku melihat kelakuannya yang selalu menyebutku Yuri. Aishh..
“Benarkah?” Tanyanya meremehkan.
“Kalau sekali lagi kau menyebutku Yuri, aku akan—“
Dia memotong ucapanku, “Akan apa? Apa yang kau lakukan padaku kalau aku menyebutmu ‘Yuri’ lagi, YU-RI?!” tantangnya menekankan kata ‘Yuri’. Dia beranjak keluar kamar dan melepaskan Chocho dari gendongannya kelantai. Anjing itu lari entah kemana begitu dilepaskan majikannya. Aishh… ini sudah keterlaluan. Kau ingin bermain-main denganku, huh?!
Aku menghampirinya yang berdiri didepan kamar, “Kau ingin bermain-main denganku rupanya.” aku tersenyum meremehkan sambil terus berjalan mendekatinya.
“Memangnya apa yang ingin kau lakukan, hmm?” Tantangnya. Dia mundur begitu melihatku yang bergerak maju, bermaksud menantangku Lee Hyuk Jae?!
“Aku ingin menunjukan padamu…” Aku menggantungkan kalimatku dan berjalan semakin dekat.
Aku sudah berjarak kurang dari satu meter darinya ketika sepertinya dia mulai panik, “Yayaya! Apa yang ingin kau lakukan?!” dia sontak memundurkan tubuhnya ketika aku sudah begitu dekat padanya. Kau terlalu meremehkanku Lee Hyuk Jae.
Aku sudah berdiri tepat didepannya, lalu memojokannya ketembok. “Kau yang pertama kali memercikan api, dan api itu sudah membakar seluruh tubuhku.” Ucapku didepan wajah kami yang begitu dekat. Aku tersenyum meremehkan. Kelihatan sekali dari wajahnya kalau dia panik.
Dia melirik kebelakangku, lalu aku melihat arah pandangannya yang menampakkan ekspresi menganga Kyu Hyun yang kaget melihat kejadian didepannya.
“H-Hyu Ri…” Aku mendengar Kyuh Hyun menyebut namaku pelan.
“A-apa yang ingin kau lakukan, huh?” Tanyanya gugup. Aku kembali mengalihkan pandanganku padanya yang ada didepan wajahku.
“Aku akan membuktikan sesuatu padamu, Lee Hyuk Jae-ssi.” Aku tersenyum licik padanya yang terlihat sangat gugup seperti itu.
“Mem-membuktikan apa?” Nafasnya yang beraroma strawberry itu menyapu wajahku.
Aku meletakkan tanganku dibahunya, “Aku akan membuktikan padamu…” Aku menyentuh coat yang menutupi lehernya, “Kalau aku masih normal…” lanjutku sambil membuka sedikit bagian coat yang menutupi lehernya, lalu mengarahkan wajahku kesisi kepalanya, lehernya.
Dia menahan nafas begitu mendengar pernyataanku yang aku yakin sekali berhasil membuatnya kaget setengah mati.
Aku mengarahkan bibirku kearah telinga kanannya, “Aku masih tertarik pada namja, kau tahu…” bisikku ditelinganya yang memerah karena kegugupannya. Dia menahan nafas lagi ketika aku menyentuh lehernya dan berjinjit mendekatkan wajahku kelehernya karena tubuhnya yang lebih tinggi dariku. Aku menghembuskan nafasku tenang dilehernya.
Tanganku menyusuri garis rahangnya sampai keleher sementara wajahku masih tetap dilehernya. “WAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!” Teriaknya begitu aku berhasil melaksanakan niatku. Aku tertawa terbahak-bahak melihat reaksinya.
Sementara Kyu Hyun yang duduk dimeja makan terlihat kecewa atas perlakuanku.“Yahhh… Aku kira kau akan benar-benar melakukannya. Ternyata hanya sampai disitu. Tidak seru, ah.” Katanya. Eh, apa maksudnya? Memangnya apa yang dia pikir akan aku lakukan?
Aku masih tertawa heboh akibat ulahku tadi. Hyuk Jae tampak geram sambil memegangi telinga kanannya yang tampak lebih merah daripada telinga kirinya.
“YAK!!! Apa yang kau lakukan dengan telingaku?!” Geramnya.
“Kau yang lebih merasakan keadaan telingamu, pabo. Kenapa kau malah bertanya padaku?” Balasku disela-sela tawa. Aku kembali mendekatinya, “Lihat! Wajahmu, lehermu, dan telingamu memerah! Memangnya apa yang kau pikir akan kulakukan padamu?!” kataku sambil membolak balik wajahnya, “Aku hanya menggigit daun telinga kananmu, tapi justru semua bagian kepalamu yang memerah.” aku terkekeh, “Pa-bo!” ejekku sambil menekankan kata ‘pabo’.
Kyu Hyun yang masih sibuk dengan laptopnya bersuara, “Dia berpikir kalau kau akan menciumnya, Hyu Ri-ya.” dia terkekeh, “Dia itu laki-laki, mana mungkin akan menolak kalau kau bertindak seperti itu.” lanjutnya.
“YAYAYA!!! Kenapa kau malah membelanya CHO KYU HYUN?!” Bentaknya.
“Aku tidak membelanya, memang kenyataannyaseperti itu, kok?” Kyu Hyun mencebikan bibirnya, “Aku tahu apa yang tadi kau pikirkan, hyeong. Aku ini juga laki-laki.” lanjutnya.
Aishh… Apa yang para laki-laki ini bicarakan, sih? Aku jadi menyesal dengan tindakanku kalau malah membuat mereka membahas ‘hal’ seperti itu. Dasar laki-laki. Berniat menciumnya pun tidak, tapi kalau memang benar dia berpikir seperti itu berarti caraku berhasil. Kau terlalu geer, Lee Hyuk Jae. Aku tersenyum licik.
“Huh, awas kalian berdua!” Ancamnya sambil merapikan coat. “Dan kau, aku akan membalasmu, huh!” Dia berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya kesal kearah pintu. Setelah beberapa langkah dia menghilang dari pandanganku, tiba-tiba saja dia kembali dan menuju kearah sofa. Aku baru menyadari apa yang dia lakukan setelah layar laptopku tiba-tiba mati.
“YAYAYA! Apa yang kau lakukan pada laptopku?!” Aku melihat kabel charger laptopku yang tidak tersambung lagi ke stopkontak.Huh, pantas saja mati, dia mencabut kabelnya dari stopkontak karena aku memang menyalakan laptopku dengan listrik, bukan baterai.
Dia menjulurkan lidah padaku dan segera berlari keluar. Aishh… aku akan menenggelamkan laptopnya di bak mandi kalau laptopku sampai rusak.
~*~*~*~*
Sudut Pandang Author
Seorang laki-laki berpakaian tebal dengan syal cokelat berdiri ditiang listrik didepan sebuah cafe. Cuaca malam yang dingin tidak membuatnya bosan menunggu seperti obat nyamuk dipinggir jalanan malam yang mulai sepi, padahal waktu baru menunjukan pukul sembilan.
“Oppa, kenapa kau menunggu diluar seperti ini?” Akhirnya gadis yang ditunggunya datang juga. Senyumnya merekah melihat gadis itu berdiri dihadapannya dengan coat biru dan syal biru yang senada.
“Tidak apa-apa, aku hanya tidak sabar ingin melihat kedatanganmu.” Ia tersenyum. “Kau mau masuk ke cafe dulu?” Tawarnya.
“Tidak, aku buru-buru.” Tolak gadis itu. Udara yang dingin membuatnya malas berlama-lama diluar ruangan, terlebih dengan laki-laki dihadapannya. “Katakan saja yang hal yang ingin oppa bicarakan sampai membawaku bertemu denganmu disini.” Lanjutnya.
Ia tidak menyangka gadis itu sekarang semakin menghindarinya. “Bicaramu tampak berbeda sekali.” Ia mendengus. “Baiklah, aku…. hanya ingin kita kembali seperti dulu. Perasaan ini masih utuh untukmu.” Lanjutnya setelah melihat mata gadis itu yang menuntut agar ia cepat bicara.Sebenarnya ia berat untuk mengatakan ini, mengingat dulu ialah yang membuat masalah, tapi perasaannya lebih penting dari hal apapun yang membuatnya urung mengatakan itu.
“Maaf oppa, aku tidak bisa.” Ia melepas tangan laki-laki itu yang menggenggam tangannya. “Lagipula, dulu kita memang tidak mempunyai hubungan yang mengikat kita, kan?” Ia mendengus, “Apa yang harus ‘kembali seperti dulu’?” Ia menghembuskan nafas malas setelah menekankan kata ‘kembali seperti dulu’.
“Apa maksudmu tentang hubungan yang tidak mengikat?” perhatiannya tertarik oleh kata-kata yang dikeluarkan gadis itu. “Jadi, selama ini kau tidak—-”
“Ya, selama ini aku tidak punya perasaan apa-apa padamu. Dan kau, sebagai laki-laki seharusnya menegaskan hubungan dengan wanita didekatmu. Agar salah satunya tidak salah paham mengartikan perasaan yang lain,” Gadis itu tersenyum, senyum yang dapat diartikan senyum meremehkan oleh laki-laki dihadapannya. “Aneh, biasanya pihak wanitalah yang salah paham mengartikan perasaan laki-laki didekatnya. Tapi, ini malah sebaliknya.” Lanjutnya tega.
Laki-laki itu tercekat mendengar perkataan gadis didepannya. “Teganya kau mengatakan hal seperti itu padaku. Kemana sikap manismu dulu yang selalu kau keluarkan saat bersamaku?” Jantungnya berdegup kencang akibat berbagai emosi yang berkecamuk, kaget, sedih, kecewa, dan malu. Tapi tak bisa ia pungkiri bahwa perasaan untuk gadis dihadapannya ini lebih besar dari emosi yang ia rasakan.
“Maaf oppa,” Ujarnya manja yang terkesan meledek, “Sikap manisku hanya untuk dia..”
“Jadi, dia yang—“
“Ya, dia yang berhasil menarik perhatianku,” Gadis itu menepuk pipi laki-laki dihadapannya “Maaf kalau aku menyakitimu, oppa” Setelah berkata seperti itu, ia berbalik dan meninggalkan laki-laki itu.
“YA! Tunggu! Aku belum selesai bicara denganmu!” Teriaknya pada gadis yang sudah beberpa meter jauhnya.
Gadis itu tidak membalikan badan sama sekali dan hanya melambaikan sebelah tangannya malas pada laki-laki yang memanggilnya.
Jadi, kau lebih memilih laki-laki itu dari pada aku? Aku jadi penasaran melihatnya dari dekat. Seberapa hebatnya dia sampai berhasil merebutmu dariku. Pikir laki-laki itu sambil tersenyum licik.
~*~*~*~*
Sudut Pandang Han Hyu Ri
Aku memainkan kalung berbandul huruf ‘H’ku dengan gemas. Sampai kapan aku harus berada disini?
Aku menatapnya yang sedang berfoto-foto narsis didepan kaca bersama anjingnya.
“Apa lihat-lihat?” Sungutnya sebal ketika aku tertangkap basah sedang memerhatikannya. Aku hanya mencebikan bibir dan beralih pada layar ponselku.
Huh,kalau saja manager Kim tidak memohon-mohon padaku untuk menggantikannya mengatur jadwal member yang diurusnya, aku sekarang pasti sedang bermalas-malasan di flat. Terlebih lagi yang harus kuurus jadwalnya adalah… Ya benar… si cecurut-cecurut Lee… yang malam ini diundang untuk memeriahkan sebuah acara televisi dengan menyanyikan single ‘Oppa oppa’-nya. Yaaa… tapi tidak apalah, lumayan bisa melihat para artis-artis dari dekat.
“Ige mwoya (apa ini)?” Ujarku pelan ketika melihat timeline twitterku heboh membicarakan sesuatu, memuji tepatnya.
‘Tampannya…’
‘Aigoo…lucunya anjingmu, oppa…’
‘Kau sungguh tampan…dan selalu tampan.’
‘Ahh~ aku ingin sekali berfoto denganmu..’
‘ARGHHHH!!! Anjing aja bisa!!! Kenapa gue enggak???!!!’ Oke, yang ini tweet nyata author-_-
Ternyata dia mengupload foto hasil kenarsisanya bersama Chocho. Dan wajahnya difoto itu, ugh.. Angkuh sekali. Apanya yang tampan? Bahkan lebih tampan Chocho. Untuk hal ini, aku tidak rela menyebutnya tampan, walaupum kenyataannya… Ahh pokoknya aku tidak rela.. Ini demi harga diri… Harga diri…
Aku tersenyum licik setelah menulis sesuatu ditwiiterku…
Sudut Pandang Lee Hyuk Jae
Han Hyu Ri : Fir’aun yang kejam dan anjingnya yang malang—>
“YAK!!! Apa maksudmu menulis ditwitter seperti ini?!” Sungutku kesal setelah mengetahui bahwa akun twitter itu milik Hyu Ri.
“Apa yang kau bicarakan?! Aku tidak mengerti.” Jawabnya sok polos sambil memainkan kalung berbandul ‘H’-nya yang menjadi penyebab pertengkaranku dengannya pertama kali.
“Jangan pura-pura bodoh! Kau kan yang mengejekku fotoku ditwitter?!”
“Aishh… Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Lagipula aku tidak memiliki akun twitter.” Dia masih pura-pura bodoh.
“Jangan bohong! Dari foto di avatarmu saja sudah terlihat jelas kalau itu wajah sangarmu!”
“YAK!!! Apa maksudmu menyebut fotoku sangar?!” Sergahnya mulai terpancing.
“Dan apa maksudmu menyebutku Fir’aun?! Huh memalukan!”
“Aishh… baiklah baiklah, itu memang akun twitterku. Tadi ponselku tidak sengaja kepencet (?) sendiri ditanganku dan tiba-tiba saja tertulis seperti itu.” Akunya dengan alasan yang bodoh. Huh, mana ada yang seperti itu?! Memang ponselnya itu berhantu?!
“Sudah salah malah berbohong!” Cibirku.
“Masih untung aku mau mengaku! Bukannya terima kasih malah marah-marah!” Yeoja ini gila atau apa?! Untuk apa aku berterima kasih padanya karena telah menghinaku?!
“Apanya yang untung?! Justru aku yang dirugikan dengan ejekanmu itu! Dan buat apa aku berterima kasih padamu?! Huh.” Cecarku.
“Terserah apa katamu saja.” Balasnya cuek sambil mengibaskan tangan.
Aku masih mengumpat-ngumpat sendiri ketika menyadari sesuatu, “Hoi! Kau ternyata Fansku ya?”
Dia mengalihkan pandangannya dari ponsel, “Fans? Fans apanya?” sahutnya bingung.
“Kenapa kau memfollow twitterku?” Aku tersenyum memicingkan mata menunggu jawabannya.
Matanya membesar kaget, “Huh, percaya diri sekali kau! Kau sendiri yang muncul di timelineku karena foto fir’aun-mu itu!” katanya. “Berharap sekali ya aku memfollow twittermu? Maaf saja.” Lanjutnya sambil menjulurkan lidah padaku.
“YAK!!!”
~*~*~*~*
Selesai aksi panggungku bersama Dong Hae, aku kembali keruangan tunggu artis. Hyu Ri menyodorkan minuman padaku dengan wajah yang… errrr terpaksa. Dengan wajah seperti itu, sudah pasti manager Kim yang menyuruhnya melakukan hal yang biasa seorang manager lakukan.
“Mana Dong Hae?” Tanyanya sambil memandang sekeliling ruangan.
Aku melongok dan merogoh ke saku jas dan celanaku, “Tidak ada.” jawabku sambil mengangkat bahu.
“Ya! memangnya kau pikir Dong Hae itu apa yang bisa masuk ke sakumu!” Sungutnya jengkel.
“Dia itu liliput kecilku.”
“YA! siapa yang kau maksud dengan liliput?!” Teriak Dong Hae yang ternyata sudah berada diruangan ini. Dia mengambil pakaiannya setelah menjitak kepalaku dan segera pergi keluar lagi.
”YAK! Sopan sekali kau! Aku ini lebih tua darimu!” Sungutku kesal sambil memegangi kepalaku.
“Masa bodoh!”
“Dong Hae, kau mau kemana lagi?!” Teriak Hyu Ri begitu Dong Hae sudah ada diluar.
“Ke toilet!!!” Balasnya teriak.
Menyebalkan sekali anak itu. Terlalu sering bergaul dengan Kyu Hyun membuatnya semakin lama mirip dengan magnae itu.
Untuk menghabiskan waktu lebih baik aku melakukan sesuatu, “Hyu Ri, ambilkan tas laptopku, cepat!!!” dia yang sedang memainkan poselnya mencibir malas. “Mana Chocho?” Tanyaku ketika dia beranjak mengambil tas cokelat yang berisi laptopku.
“Tidak tahu.” Jawabnya acuh.
Tiba-tiba saja Chocho berlari cepat dan langsung lompat kepangkuanku.
Brak…
“APA YANG KAU LAKUKAN PADA LAPTOPKU?!” Teriakku kaget begitu menyadari apa yang terjadi. Aku langsung menghampiri laptop-didalam tas cokelatku- yang sudah mendarat dilantai.
“A-aku tidak sengaja, tadi Chocho tiba-tiba sa—“
“Tidak usah menyalahkan Chocho!” Bentakku kesal, “Pekerjaanmu selalu tidak beres! Aku tahu kalau kau tidak suka padaku, tapi tidak begini caranya! Kau harus profesional!” lanjutku.
“Tapi tadi aku benar-benar—“
“Benar-benar apa?! Kau benar-benar sengaja ingin menghancurkan laptopku?!” sergahku sebelum ia melanjutkan perkataanya, “Cih, dari awal ini memang sudah sangat salah, seharusnya manager hyoeng tidak memilihmu sebagai pengganti Ji Hee noona, apalagi menggantikannya menjadi manager sekarang, pekerjaanmu selalu tidak beres!”
Dia melebarkan matanya mendengar perkataanku, “YA!!! Kau keterlaluan! Perlu kau tahu, kalau dari awal pekerjaan ini ada sangkut pautnya denganmu aku juga tidak akan pernah menerimanya! Aku memang bersalah telah menjatuhkan laptopmu, tapi kau tidak seharusnya menghinaku seperti itu!” dia mendongak membuang muka, menahan air matanya yang hampir tumpah, “kau…terlalu angkuh sebagai laki-laki LEE HYUK JAE!!!” dia langsung pergi setelah mendesiskan kalimat terakhirnya.
“Pergi saja!! Aku tidak membutuhkan orang sepertimu!”
“Baik, aku memang akan pergi, Kau puas?!” Balasnya diambang pintu. Dia lalu membanting pintu dengan keras.
Huh, seperti biasa, yeoja selalu menangis akibat perbuatannya sendiri.
Dong Hae datang dan langsung mencecarku, “Apa yang terjadi pada Hyu Ri?” dia sepertinya berpapasan dengan Hyu Ri diluar.
“Biar saja dia pergi,” Jawabku singkat, “dia menjatuhkan laptopku dan aku hanya memperingatkannya.” lanjutku.
“Dilihat dari reaksinya, dia terlihat sakit hati, tidak seperti orang yang habis kau peringatkan.” Katanya penuh selidik.
“Dia pantas mendapatkannya, Hae-ya.”
“Ini sudah cukup malam dan diluar sedang hujan, Hyukkie! Dia itu yeoja! Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengannya?!” Aku melirik jam tanganku, benar juga, sudah pukul sepuluh malam.
“Tidak akan terjadi sesuatu dengannya.” Aku meyakinkannya—meyakinkan diriku sendiri lebih tepatnya.
Dia menghembuskan nafas, “Kau sampai menyakiti hati seseorang hanya karena benda mati itu.” Dia melirik laptopku dan segera berlalu.
Sepertinya… Aku memang keterlaluan.
~*~*~*~*
Sudut pandang Author.
Lee Hyuk Jae sedang menunggu diparkiran sambil menenteng tas yang berisi anjingnya. Udara malam yang dingin membuatnya merapakan coat-nya. Ia merapatkan topi dan menunduk setiap kali ada orang yang lewat, walaupun hampir tengah malam dan langit sedang hujan, seringkali ada fans yang memergokinya seperti biasa.
“Cih, memang keterlaluan.” Seorang laki-laki yang berdiri tak jauh darinya mengucapkan sesuatu. “Hanya karena barang pribadinya tak sengaja dijatuhkan, dia sampai membentak-bentak seorang yeoja.Keterlaluan.” Perhatiannya teralih sepenuhnya pada laki-laki bermantel abu-abu yang mengenakan hoodie yang sedang menggunakan headshet. Apa aku yang sedang dibicarakan? Pikirnya setelah menyadari sesuatu yang dibicarakan laki-laki itu. Mungkin dia sedang berbicara ditelepon.Pikirnya meyakinkan diri sendiri.
“Kau lama sekali, Hae-ya. Aku kedinginan.” Katanya setelah Dong Hae yang menyetir mobil datang.
“Memangnya siapa yang menyuruhku menyetir? Sudah tahu parkirannya penuh, sulit sekali mengeluarkan mobil ini.” Sungutnya. “Ini kau saja yang menyetir, aku malas.” Lanjutnya seraya pindah kekursi penumpang.
“Bilang saja kalau kau tidak bisa menyetir, payah.” Cibir Hyuk Jae.
“Yakk!!”
Hyuk Jae melewati laki-laki bermatel tadi dan masuk kekursi kemudi. “Laki-laki keterlaluan sepertinya tidak pantas hidup didunia ini.” Kata laki-laki itu sengit. Ia mencoba tidak peduli dan menancapkan gas mobilnya ketika melihat laki-laki bermatel itu memandangnya marah.
~*~*~*~*
Sudut Pandang Lee Hyuk Jae.
“Kau keterlaluan, Hyukkie.”
“Ya betul, kau keterlaluan.”
“Seharusnya kau memperingatinya baik-baik.”
“Ya betul, Seharusnya memperingatinya baik-baik.”
“Aku yakin kau mengatakan sesuatu yang menyakitinya.”
Aku melotot pada Kyu Hyun yang pasti sebentar lagi akan meniru ucapan mereka, memojokanku. “Kenapa kalian semua mengeroyokku seperti ini?!” Sungutku kesal pada Sung Min hyeong, Leeteuk hyeong, Dong Hae, Wookie, dan Kyu Hyun. Gara-gara si ikan bermulut lebar itu menceritakan kejadian di malam dua hari yang lalu, aku jadi dipojokkan seperti ini.
“Benar, kalian jangan memojokkan Hyukkie oppa seperti ini, sebenarnya kalian ini berada dipihak siapa sih?!” Bela Yeon Jung yang duduk disebelahku.
“Sebagai laki-laki yang gentle tentu saja kami membela pihak yang benar.” Jawab Kyu hyun menekankan kata ‘gentle’ padaku.
“Tapi bagaimanapun Hyuk oppa juga dirugikan atas laptopnya. Bagaimana kalau laptopnya rusak?”
“Halah, laptop berisi dosa seperti itu kalau rusak juga tidak apa-apa.” Ujar Kyu Hyun menyebalkan.
“YAK!!!” Sungutku kesal. Ingin sekali aku sumpal mulutnya dengan tabung gas elpiji.
Leeteuk hyeong mendengus pelan, “Sudahlah, kau sebaiknya meminta maaf padanya Eun Hyuk-ah. Mungkin kau memang benar-benar membuatnya marah sampai dia tidak datang ke dorm dua hari ini” ujarnya melerai kami.
“Meminta maaf? Bagaimana caranya? Dia bahkan tidak datang selama dua hari ini?” Tanyaku.
Gara-gara kejadian itu, keesokan harinya Hyu Ri tidak datang ke dorm. Dan sampai sore ini, dia juga tak kunjung memberikan kabar padaku, ralat, pada kami maksudnya. Untuk apa dia mengabari keadaannya padaku? Aku bahkan sangsi dia memiliki nomor ponselku.
“Kau datangi saja kerumahnya Eun Hyuk-ah, apa sebegitu susahnya?” usul Sung Min hyeong.
Tadi meminta maaf, sekarang harus mendatangi Hyu Ri kerumahnya, apa tidak ada cara lain? Sejujurnya aku memang merasa bersalah, semenjak kejadian itu aku selalu memikirkan dampak perkataanku padanya yang sampai membuatnya pergi malam itu. Aku sadari, aku memang sedikit keterlaluan.
“Apa tidak ada cara lain?” Tanyaku meminta pendapat.
“Iya, apa tidak ada cara lain? Apa harus pergi kerumah Hyu Ri?” Tanya Yeon Jung yang sepertinya tidak setuju. “Oppa…kau tidak boleh kerumah gadis itu. Tetaplah disini…” Ujar Yeon Jung manja. Maaf Yeon Jung, permintaanmu kali ini sedang malas aku pikirkan.
“Sepertinya tidak ada hyeong! Akan lebih baik kau mendatanginya untuk meminta maaf. Jangan sampai masalah ini berlarut-larut!” Ujar Ryeo Wook.
“Benar Hyukkie, lebih baik kau mendatanginya. Aku sedikit khawatir dia sakit atau apa. Malam itu sedang hujan saat dia pergi. Dan Hyu Ri itu yeoja, hampir tengah malam seperti itu, yeoja sepertinya tidak baik berada diluar. Aku… takut terjadi sesuatu padanya.” Dong Hae terlihat khawatir sekali, sepertinya ada sesuatu dengannya. Apa dia menyukai Hyu Ri, huh?
“Benar hyeong. Bagimana kalau Hyu Ri diganggu oleh orang jahat?!” Kata Kyu Hyun. “Dan lebih parahnya lagi, bagaimana kalau dia diculik? Lalu dijual keluar negeri. Kau harus bertanggung jawab kalau sampai hal itu terjadi, hyeong!” Lanjutnya. Aku bergidik mendengarnya. Jangan sampai hal itu terjadi. Sungguh, bagaimanapun Hyu Ri itu… Ah, pokoknya tidak boleh!
Dong Hae melempar kacang kulit kearahnya, “Kau berlebihan, Kyu!”
“Yak! Kyu, kau jangan menakutiku!” Bentakku. Ucapannya membuatku berpikiran yang tidak-tidak.
“Ini bisa saja terjadi hyeong, sekarang ini banyak orang jahat diluar sana. Bagaimana kalau Hyu Ri sampai disakiti?! Atau sampai di—“
Aku tahu apa pikiran yang akan diutarakannya, “Yak! Diam! Kau jangan berpikir seperti itu! Demi Tuhan, kau membuatku takut!” Sergahku memotong ucapan Kyu Hyun yang tak ingin aku dengar.
“Oppa…” Yeon Jung menggeggam tanganku. Aku melepaskan genggamannya dan pergi kedapur mengambil minum untuk meredakan kekhawatiranku. Eh, kekhawatiran? Tidak, tidak, aku tidak khawatir. Hanya saja…
“Kau akan berdosa kalau kau memang benar-benar menyakitinya, Hyu Ri itu anak yatim, dia sudah ditinggal ibunya. Kau akan dikutuk Tuhan kalau menyakitinya, Hyukki-ya. Jadi, segeralah meminta maaf.” Kata Dong Hae. Jadi, Hyu Ri… Ibunya sudah meninggal? Mendengar hal ini, semakin membuatku merasa bersalah.
“Benarkah?” Tanya Kyu Hyun, Ryeo Wook, dan Sung Min hyeong bersamaan.
“Dia pernah bercerita padaku.” Jawab Dong Hae.
Aku semakin penasaran, “Untuk apa dia bercerita padamu?!” tanyaku dengan suara agak meninggi.
“Jadi kau tidak tahu? Kupikir kau sudah tahu lebih dulu, Hyukkie.” Katanya. “Dan menurutku, mungkin itu yang membuatnya tidak suka padamu.” Lanjutnya.
Sungguh, aku semakin tidak mengerti. Apa hubungannya denganku dan ibunya yang meninggal?
“Apa hub—“
“Jangan tanya padaku, kalau itu aku juga tidak mengerti, lebih baik kau tanyakan sendiri padanya.” Sergah Dong Hae memotong pernyataanku.
“Jangan-jangan kau yang membunuh ibunya, hyeong?” Tuduh Kyu Hyun.
“Yak! Apa aku terlihat seperti pembunuh?!” Sungutku kesal. Aishh…
“Kau berdiri saja didepan kaca dan tanyakan pada dirimu sendiri.” Ujar Kyu Hyun.
“Sudahlah… Ini semakin rumit. Aku juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Jadi, lebih baik kau meminta maaf padanya saja, Eun Hyuk-ah.” Leeteuk hyeong menghembuskan nafas lelah.
“Baiklah, baiklah… aku akan mendatangi Hyu Ri. Tapi aku tidak punya alamatnya.” Kataku akhirnya menyetujui. Bagaimanapun, ini demi membebaskan perasaan bersalahku.
“Manager hyeong mungkin punya alamatnya. Sung Min bisa menemanimu mendatangi Hyu Ri.” Usul Leeteuk hyeong.
“Eh? Aku?” Sung Min hyeong terlihat bingung, “hmmm.. baiklah.” Lanjutnya setelah melihat tatapan ikuti-saja-usulku- dari Leeteuk hyeong.
“Oppa… Jangan pergi. Kau sudah berjanji akan membuatkanku koreografi baru.” Bujuk Yeon Jung yang menghampiriku didapur.
“Tidak hari ini, Jung-ah. Lain kali saja.”
Yeon Jung mengembungkan pipinya terlihat kesal seperti yang dilakukan didrama-drama.
“Kau berlatih koreografi dengan Wookie saja, Yeon Jung-ah. Dia sedang jomblo tuh.” Goda Kyu Hyun.
“Tidak mau, aku tidak suka dengan pria kecil!”Aku tertawa mendengarnya.
“YAK! Apa maksudmu Im Yeon Jung?!”
~*~*~*~*
“Yang ini rumahnya?” Tanyaku begitu sampai dialamat yang tertera dar yang diberikan manager Kim.
“Bukan,” Jawab Sung Min hyeong singkat, “tapi yang itu.” Tunjuknya kearah yang berlawanan dengan pandanganku.
Aku melihat kearah yang ditunjuk Sung Min hyeong, “Itu supermarket, hyeong!” Kataku.
“Sudah tahu yang ini rumahnya, kau masih bertanya.” Sungutnya. “Kau tidak turun?” Tanyanya yang menyadariku belum melepaskan seatbealt.
“Kau duluan saja.”
“Lho? Kok aku? Kau kan yang berkeperluan.”
“Baiklah, baiklah…” Aku melepaskan seatbalt yang menahanku dan segera turun dari mobil.
Setelah menghilangkan rasa gugupku –yang tidak tahu kenapa aku bisa gugup—aku memberanikan diri mengetuk pintu. Bagaimanapun aku takut Hyu Ri benar-benar marah dan langsung menghajarku begitu membuka pintu, yaa… itu pasti alasan aku gugup.
“Kok lama sekali, sih?” Ujarku tidak sabar ketika pintu tak kunjung terbuka.
“Mungkin dia sedang sakit jadi sedikit kesusahan untuk membuka pintu, atau…” Sung Min hyeong memutuskan ucapannya.
“Atau apa?” Tanyaku penasaran.
“Atau.. benar yang dikatakan Kyu Hyun, Hyu Ri diculik orang jahat, lalu…”
“Aishh…sudah, sudah jangan dilanjutkan! Kenapa kau berpikiran seperti itu juga sih hyeong?!” Sergahku. Sungguh, aku bergidik lagi mendegar ucapan Sung Min hyeong.
Aku mengetuk pintu lagi, kali ini dengan tidak sabar dan lebih keras.
Setelah beberapa saat, pintu akhirnya terbuka. Aku kaget setengah mati melihat pemandangan didepanku. Ya tuhan, Hyu Ri…
To be continued…
Ahhhh~ akhirnya selesai juga Chapter 4, sedikit beban udah terangkat nih, kalo kalian yang baca bertanya-tanya kenapa aku memproteksi chapter ini, silakan baca ini…
ngomong-ngomong, ada yang berniat menumpahkan pikirannya tentang apa yang terjadi dengan Hyu Ri diakhir chapeter ini? please.. aku penasaran pingin tahu aja pendapat kalian readers-nim yang sepi kerontang~
tinggalkan sebercak komentar ya, biar aku tahu siapa aja readers-nim aku, dan komentar juga tentang posternya, aku excited sendiri aja gitu pas poster ini jadi.. okelahsip 😀